Mohon tunggu...
Wijanto Hadipuro
Wijanto Hadipuro Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan penulis

Saya pensiunan tenaga pengajar yang senang menulis tentang apa saja. Tulisan saya tersebar di Facebook, blogspot.com, beberapa media masa dan tentunya di Kompasiana. Beberapa tulisan sudah diterbitkan ke dalam beberapa buku.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menggagas Efek Pengganda Makan Siang Bergizi Gratis

10 Januari 2025   09:15 Diperbarui: 10 Januari 2025   09:40 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Efek Pengganda Sosial

Jika murid dan guru bersama-sama menikmati makan siang dari program ini, guru juga bisa mengajarkan dengan memberikan contoh konkrit tentang table manner. Siswa dari awal diajari tata cara, sopan santun dan etika dalam menikmati hidangan.

Sebaiknya siswa juga diajari untuk membersihkan tempat makan dan memilah sampah dari sisa makanan, serta jika dimungkinkan mengolah sampah yang dihasilkan. Di sekolah siswa belajar untuk tidak membuang makanan dan belajar untuk berusaha menghabiskan makanan. Siswa diajari untuk menghargai makanan yang telah disediakan, betapapun dia tidak menyukainya, kecuali memang dia memiliki alergi atau masalah sejenisnya. Siswa yang tidak terbiasa makan sayur, diusahakan untuk membiasakan diri untuk makan sayur.

Efek sosial yang lain tentunya pada kesehatan yang sudah banyak dibahas. Dengan gizi yang baik, harapannya stunting dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan. Siswa yang makan makanan bergizi akan lebih sehat dan dapat lebih fokus dalam menyerapkan pelajaran di sekolah. Ada banyak manfaat lain di aspek kesehatan yang juga sudah dibahas di berbagai media.

Alangkah baiknya, ahli gizi dilibatkan dalam memberikan penjelasan kandungan gizi dari makanan yang disajikan. Guru dan siswa bisa bersama-sama membahas kandungan gizi dari masing-masing jenis menu dan pengaruhnya pada kesehatan. Hal ini bukan hanya bermanfaat untuk keterbukaan kandungan gizi makanan di program MBG saja, tetapi juga menjadi alat pembelajaran bagi siswa. Jika dilakukan secara konsisten, siswa akan terbiasa untuk makan dengan menu sesuai kandungan gizi yang diperlukan untuk kesehatan tubuh.

Jika memungkinkan siswa diminta untuk memberikan masukan atas menu makanan yang mereka santap, selain hal ini bisa memberikan masukan kepada pengelola, juga bisa mengajarkan siswa untuk kritis dan terbiasa untuk aktif memberikan masukan.

Baik juga jika, tempat makan yang digunakan dalam program MBG bukan jenis tempat makan sekali pakai. Siswa bisa secara bergiliran, piket, untuk membersihkan tempat makan. Di banyak negara lain, seperti misalnya di tempat saya sekolah di Radboud Univerity Nijmegen Belanda, kita dipaksa untuk membawa tempat makan kita, membersihkan dari sisa makanan dan memilah sampah sisa makanan dan memasukkannya ke tempat sampah yang berbeda untuk tiap jenis sampah, serta meletakkan tempat makanan yang sudah relatif bersih di tempat tertentu untuk dibersihkan. Generasi muda kita di masa yang akan datang tidak akan seperti saya yang perlu diberitahu dan diwanti-wanti oleh dosen pembimbing saya di Radboud untuk melakukannya.

Tempat makan yang telah dibersihkan secara bergiliran oleh siswa dapat diambil saat pengiriman makanan di hari berikutnya oleh kurir pengirim, dan setelah dipastikan bersih dapat digunakan kembali. Selain dapat menghemat biaya, cara seperti ini juga dapat mengurangi sampah anorganik tempat makan.

Efek Pengganda dari Aspek Lingkungan Hidup

Tempat makan yang dapat digunakan kembali akan mengurangi beban sampah pada lingkungan hidup. Demikian juga jika sampah dipilah mana yang organik dan mana yang anorganik, jika tidak memungkinkan diolah sendiri oleh sekolah, maka sekolah dapat bekerja sama dengan bank sampah terdekat atau pemulung. Hal ini akan mengurang beban Tempat Pembuangan Akhir Sampah.

Satu hal yang penting adalah minum. Beberapa sekolah di Semarang sudah menyediakan dispenser bagi siswa, guru dan karyawan. Siswa, guru dan karyawan dibiasakan untuk membawa tempat minum sendiri, dan tidak perlu membeli air minum dalam kemasan yang akan menghasilkan limbah botol plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun