Mohon tunggu...
Wijanto Hadipuro
Wijanto Hadipuro Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti dan penulis

Saya pensiunan tenaga pengajar yang senang menulis tentang apa saja. Tulisan saya tersebar di Facebook, blogspot.com, beberapa media masa dan tentunya di Kompasiana. Beberapa tulisan sudah diterbitkan ke dalam beberapa buku.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dr. Jekyll dan Mr. Hyde di Misa Pembukaan Tahun Yubileum

2 Januari 2025   06:28 Diperbarui: 3 Januari 2025   13:44 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Refleksi

Awal sepertiga misa saya benar-benar kehilangan mood. Saat masih muda, saya pasti sudah keluar gedung gereja dan membatalkan ikut misa. Sekarang sedikit lebih maju. Sedikit. Sedikit sekali kemajuannya.

Dulu sewaktu muda, hidup keagamaan saya sangatlah kacau. Dari masa anak-anak sampai SMA Kelas 3, saya mengubah-ubah agama yang saya anut saat saya mengisi berbagai formulir. Pernah saya mengisi formulir dengan agama Budha. Setelah tahu bahwa penganut agama Budha harus mengikuti ibadah tertentu, saya ubah agama saya menjadi Kong Hu Cu. Dengan alasan yang sama dan supaya saya sama dengan mayoritas teman-teman saya, saya ubah kembali agama saya menjadi Kristen. Setelah saya ditanya oleh guru saya, saya kalau beribadah di Gereja Kristen yang mana, saya ubah lagi agama saya menjadi simpatisan Katolik. Sampai saya kemudian dibaptis menjadi Katolik saat saya kelas 3 SMA.

Awal-awal setelah dibaptis, saya lumayan rajin ke gereja mengikuti misa, mengaku dosa, dan mengikuti berbagai ritual yang lain. Setelah kuliah di Sastra Inggris UGM, saya terpapar bacaan yang menurut saya luar biasa saat itu. Saya membaca buku tentang Friedrich Nietzsche, Albert Camus, Max Horkheimer, dan sejenisnya. Penulis lain saya tulis 'yang sejenisnya', karena saya lupa. Tentu yang salah bukan Sastra Inggrisnya, karena saya membacanya di luar materi kuliah.

Dari Nietzsche saya belajar tentang kematian Tuhan. Saya berpendapat saat itu, bahwa Tuhan ada karena manusia lemah. Adanya Tuhan menghambat manusia menjadi hebat. Saya membaca beberapa novel tulisan Camus. Yang saya ingat samar-samar saat ini adalah novel yang berjudul Sampar. Dari novel ini saya belajar tentang absurditas. Hidup bagi saya absurd. Pendapat ini saya benarkan sendiri saat saya membaca buku Dilema Usaha Manusia Rasional tulisan Romo Sindhunata.

Apa-apa yang saya lakukan, termasuk kuliah, yang semula saya anggap rasional ternyata absurd dan irasional. Apakah benar saya harus kuliah lalu bekerja, menikah, dst? Saat itu setelah saya renung-renungkan ternyata menurut saya absurd dan irasional. Saya berubah.

Saya jarang ke gereja. Alasannya sederhana, gereja bukan gedung. Jadi saya bisa saja ke gereja sambil tidur-tiduran dan mambayangkan saya ikut misa. Gila. Inilah akibatnya jika saya membaca, lalu menterjemahkannya secara keliru.

Berubah Sedikit Lebih Baik

Saya berubah menjadi sedikit lebih baik setelah saya menikah dan punya anak. Gereja istri saya sebelum menikah adalah GKJ. Istri saya memiliki tradisi ritual yang baik, sehingga saya terbawa untuk kembali rutin ke gereja.

Peristiwa kedua yang membekas adalah komentar anak saya. Anak saya saat itu masih SMP. Secara tidak sengaja, karena saya ikut misa di luar jadwal biasa, saya ikut ibadah karismatik. Saya merasa tidak in, lalu saya keluar dari gedung gereja dan makan dan minum. Saya masuk kembali ke gereja saat misa hampir selesai. Komentar anak saya membuat saya tidak mengulangi kembali kelakukan saya. Anak saya saat itu berkomentar 'Kalau begitu, ngapain ke gereja, Pa?'

Meskipun sedikit - sekali lagi sedikit - lebih baik, tapi rupanya karakter Mr. Hyde masih lekat di diri saya. Begitu mudahnya muncul, hanya karena masalah sepele.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun