Mohon tunggu...
Wifqi Rahmi
Wifqi Rahmi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S3 Ilmu Kependidikan Undiksha Singaraja Bali

Saya adalah seorang Kepala Madrasah di sebuah madrasah negeri di Kabupate Jembrana. Hoby saya adalah badminton. Saya tertarik dengan dunia pendidikan, sain dan teknologi. saat ini saya sedang menempuh program doktoral (S3) di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali .

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pendidikan sebagai Instrumen Kekuasaan dan Media Perlawanan: Persepketif Kritis

8 Desember 2024   20:30 Diperbarui: 8 Desember 2024   20:35 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pendidika di Madrasah (Sumber: Jurnalis MTsN 3 Jembrana)

Sebagai media perlawanan, pendidikan dapat digunakan untuk mengintegrasikan narasi lokal dan perspektif alternatif yang sering terpinggirkan. Pendekatan ini tidak hanya melawan dominasi budaya global tetapi juga memperkuat identitas lokal yang dapat menjadi basis perlawanan terhadap kekuasaan hegemonik.

Pengakuan narasi lokal juga berkontribusi pada diversifikasi pengetahuan. Dengan memasukkan perspektif lokal dalam kurikulum, pendidikan dapat menciptakan ruang bagi dialog yang lebih inklusif dan demokratis.

Implikasi dan Tantangan

a. Implikasi

Pendidikan memiliki potensi besar untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Dengan memberikan ruang untuk dialog kritis, pendidikan dapat menjadi alat untuk memberdayakan individu dan komunitas. Namun, hal ini memerlukan perubahan mendasar dalam pendekatan pendidikan, termasuk reformasi kurikulum dan pelatihan guru.

Reformasi kurikulum yang mempertimbangkan narasi lokal dan global adalah langkah awal untuk menciptakan pendidikan yang inklusif. Selain itu, pelatihan guru yang menekankan pentingnya pendidikan kritis dapat membantu menciptakan ruang kelas yang dialogis dan memberdayakan.

b. Tantangan

Mengubah pendidikan dari instrumen kekuasaan menjadi media perlawanan tidaklah mudah. Kekuasaan yang melekat pada lembaga pendidikan sering kali resisten terhadap perubahan. Selain itu, diperlukan upaya kolektif untuk melawan narasi dominan yang telah tertanam dalam sistem pendidikan.

Tantangan lain adalah kurangnya sumber daya dan dukungan politik untuk pendidikan kritis. Dalam banyak kasus, pendidikan yang dialogis dan inklusif memerlukan investasi yang signifikan, baik dalam bentuk waktu, tenaga, maupun dana.

Kesimpulan

Pendidikan adalah medan pertarungan ideologis yang kompleks. Di satu sisi, ia dapat menjadi instrumen kekuasaan yang mereproduksi hegemoni dan ketidakadilan sosial. Di sisi lain, pendidikan memiliki potensi untuk menjadi media perlawanan yang memungkinkan transformasi sosial. Dengan menerapkan pendekatan kritis dan dialogis, pendidikan dapat berkontribusi pada penciptaan masyarakat yang lebih adil dan setara. Artikel ini menekankan pentingnya kesadaran kritis dan integrasi narasi alternatif untuk merealisasikan potensi transformatif pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun