Dyah Sawitri Prameswari  bersimpuh di depan Paduka Raja dan Permaisuri yang duduk di singgasana.
       "Sawitri, kamu sudah tahu kenapa aku memanggilmu?" tanya Sang Raja.
       "Belum, Ayahanda  Paduka Raja."
       "Aku bangga dengan kamu putriku. Kamu sudah dewasa, wajahmu semakin cantik, kamu pun memiliki kelebihan yang sangat membanggakan, ilmu silatmu tinggi dan luwes dalam menari."
       "Terima kasih, Paduka." Sawitri masih menundukkan wajah.
       "Aku dengar, kamu sudah punya kekasih, teman seperguruanmu. Anak Tumenggung Singomoyo, benarkah?"
       "Benar, Ayahanda." Dengan suara terbata Sawitri menjawab pertanyaan  Sang Raja, jantungnya berdebar.
       "Dengar Sawitri, kamu itu anak raja dan permaisuri, sudah ada beberapa pangeran yang akan meminangmu. Kamu akan menjadi permaisuri, tinggal pilih mana yang akan kamu pilih."
       "Ampun Ayahanda Paduka Raja, Sawitri sudah berjanji kepada Kangmas  Jaya Kusuma menerima pinangannya."
       Jawaban Sawitri membuat Sang Raja murka, wajahnya merah padam, matanya mengkilat, giginya gemeretak menahan marah. Kemudian menengok ke arah permaisuri.