Mohon tunggu...
Bunda Widya
Bunda Widya Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan

Pensiunan. Bergabung di Kompasiana 10 Mei 2013. Nenek seorang Cucu, penggemar setia Timnas Garuda dan Manchester United.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Belajar dari Mang Ujang dan Mang Nandang

27 Juni 2023   20:32 Diperbarui: 27 Juni 2023   20:37 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal itu bisa dilihat dari sikapnya menghadapi persoalan hidup yang umum dirasakan orang-orang bawah seperti Mang Nandang ini.

"Pak ari saya mah pasrah wae rezeki mah moal katukeur nu penting mah usaha bari tawakkal," kata Nandang dalam bahasa Sunda.

Kira kira artinya: "Kalau saya pasrah saja karena rezeki itu tidak akan tertukar yang penting usaha sambil tawakkal".

Sebuah filosofi sederhana namun bagi sebagian orang tidak mudah untuk dilakukan.

"Apalagi sekarang BBM naik sudah pasti kebutuhan dapur juga naik. Untungnya saya tidak menggunakan kendaraan bermotor hanya sepeda tua ini jadi tidak perlu beli premium. Tapi tetap saja merasakan akibatnya karena harga beras juga ikut naik atuh." Kata Nandang.

Menurut pengakuannya, Mang Nandang ini usianya sekitar 45 tahun memilki tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Anak yang sulung perempuan baru saja lulus SMA.

"Saya ini sebenarnya sedang bingung, anak perempuan saya lulus SMA nilainya bagus bagus. Kata Gurunya disuruh masuk kuliah di Universitas karena nilainya bagus," kata Nandang.

"Bingung bagaimana Mang?" Tanya Satria.

"Biayanya itu pak. Kalau anak gadis saya bisa kuliah wah saya senang sekali. Bapaknya SMP saja tidak lulus."

"Lalu Guru di sekolahnya memberi saran bagaimana?"

"Gurunya menyarankan untuk mengajukan bea siswa. Anak saya meminta saya ke kelurahan untuk mengurus surat keterangan katanya untuk keperluan bea siswan itu."  Jelas Nandang lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun