“Lalu apalagi ? belum bicara dengan istrimu juga ? belum berani ? belum ada waktu yang tepat ? ah..”
Rajendra terdiam, selalu berhenti pada bagian ini. Selalu tidak ada keputusan. Menunggu bukan sesuatu yang menyenangkan. Harini berjalan ke teras. Posisi penginapan yang tinggi membuat pemandangan bebas ke laut lepas. Laut selatan yang gelombangnya terkenal tinggi dan ganas, apalagi di musim angin kencang seperti ini. Matahari redup, langit berwarna jingga. Dibatas cakrawala, matahari memberi salam perpisahan . Senja yang indah tapi tak seindah rasa hatinya. Kegalauan mencengkram erat. Dia lega, dia takut. Lega sebab telah tuntas memberi pilihan, takut membayangkan hasilnya andai pilihan itu tak sejalan dengan kemauannya.
Harini menunggu, semalaman berlalu dan berhari-hari kemudian, berminggu-minggu, berbulan-bulan. Semakin lama Rajendra semakin sibuk, semakin tak peduli padanya. Semakin sering tak membalas sms nya semakin tidak pernah mengangkat teleponnya, sampai suatu hari, seseorang mengangkat teleponnya dan menjawab kata halo yang meluncur riang dari bibirnya.. Dan terdengar suara Rajendra dari seberang telepon “ Halo.. halo.. maaf salah sambung”
Harini terhenyak, hening.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H