“Sayang.. mama.. ayolah.. jangan cemberut terus, papa kangen.. sungguh-sungguh rindu “ Rayuan lelaki itu terdengar begitu manis seperti tenggelam dalam lautan madu. Dengan bunga bunga yang bermekaran sepanjang jalan, dan wewangian yang memenuhi udara.
Jika bukan sekarang, kapan lagi, bisik hati Hartini. Beri dia pilihan… beri dia pilihan.. beri dia pilihan !
Rajendra mulai menarik tangannya, menuntunnya ke arah dipan dengan seprai putih yang elegan. Sungguh , bertahun tahun telah berlalu, hal itu sudah jamak diantara mereka, menghiasi hari mereka dengan pertemuan pertemuan singkat yang mendebarkan. Menikmati dengan rasa yang penuh, mendesah diantara rintihan dan ribuan kata sayang, dan ‘I love you’
“Aku ingin bicara, kali ini serius..”langkah Harini berhenti sebelum tiba di atas tempat tidur.
“Katakan saja sayang”
“Aku ingin kita menikah atau .. berpisah”
“ Kita akan menikah “
“Tapi kapan.. kamu sudah janji sejak setahun lalu”
“Sabarlah”
“Aku tidak bisa bersabar lagi. Kita tak bisa begini terus . Kau tahu orang tuaku bukan ?”
“Ya aku tahu” Rajendra terlihat serius kali ini