Mohon tunggu...
Widya Ross
Widya Ross Mohon Tunggu... penulis -

Pekerja

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Hati-hati Memilih Tempat Menabung, Masa Depan Kita Taruhannya

28 Agustus 2017   14:03 Diperbarui: 5 September 2017   12:13 2209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya (tengah) dan kedua teman saya yang merantau ke Kota Malang

"Arisan itu nabung dengan cara meminjamkan uang pada teman-teman kita." Dua orang teman saya yang menjadi anggota arisan berpendapat seperti itu.

Berbagai cara dilakukan masyarakat untuk mengelola keuangan salah satunya adalah dengan cara menabung. Masih banyak orang berpendapat bahwa menabung itu tak harus di bank. Jika masyarakat pedesaan bisa menyimpan uang di lemari atau di bawah kasur, salah satu cara masyarakat urban menyiasati menabung adalah dengan ikut arisan.

Seperti kisah sahabat-sahabat saya di atas yang juga ikut arisan. Salah satu sahabat saya berasal Lombok dan mengajar di salah satu SMP negeri di Malang. Tiap bulan teman saya setor arisan sebesar 100 ribu. Ujung-ujungnya teman saya ini tekor karena salah satu anggota arisan mogok bayar selama berbulan-bulan. 

Kasus arisan lainnya yang saya ketahui adalah adanya arisan para orangtua yang anak-anaknya pergi merantau. Mereka kompak mengadakan arisan dengan tujuan untuk biaya pendidikan dan kebutuhan anak-anak mereka di luar kota. Ujung-ujungnya sang ketua arisan pergi membawa uang para anggota. 

Tentu saja tidak semua aktivitas arisan seperti itu. Namun berkaca dari pengalaman orang-orang yang saya kenal, sampai saat ini saya belum tertarik sama sekali ikut arisan. Saya melihat menabung melalui kegiatan arisan terlalu riskan. 

MENABUNG DI BANK PESERTA LPS

Saya lagi antre di Bank Mandiri (dok: pribadi)
Saya lagi antre di Bank Mandiri (dok: pribadi)
Akhirnya saya berpikir. daripada ikut arisan, lebih baik saya menabung di bank saja. Memilih bank pun saya tidak mau sembarangan. Saya cuma mau menabung di bank yang sudah dijamin LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). Saat ini saya mempunyai rekening di Bank Mandiri dan Bank BRI.

Dulu saya tidak terlalu "ngeh" betapa pentingnya kita menabung di bank yang sudah terjamin oleh LPS. Syukurlah Kompasiana mengadakan nangkring bersama LPS di kota Malang, tepatnya di Hotel Santika Malang, pada tanggal 19 Agustus 2017 lalu. Saya iseng ikut karena saya tertarik pada tema yang diusung yaitu "Pentingnya Mengelola Industri Keuangan dalam Ekonomi Kreatif."  Pengetahuan saya jadi lumayan bertambah.

Acara nangkring bersama Kompasiana di Hotel Santika Malang
Acara nangkring bersama Kompasiana di Hotel Santika Malang
Jadi, apa sih sebenarnya LPS itu? Menurut Bapak Farid Azhar dalam acara Nangkring Bersama Kompasiana di Malang, LPS atau Lembaga Penjamin Simpanan adalah badan hukum yang dibentuk sejak tahun 2004 yang bertugas menjamin dana nasabah di bank. Pembentukan LPS dilatarbelakangi oleh krisis menoter pada tahun 1998 di mana ada 16 bank yang dilikuidasi dan kepercayaan masyarakat pada bank anjlok. 

Jadi apabila sewaktu-waktu bank tempat kita menabung bermasalah, selama bank tersebut sudah dijamin LPS, kita sebagai nasabah tak perlu merasa khawatir. Uang kita tak akan hilang. Tabungan kita di bank tersebut bisa diklaim dan dikembalikan pada kita dengan utuh. Salah satunya syaratnya adalah dana simpanan kita di bank per rekening maksimal 2 milyar.

Menurut data yang dikutip dari situs Kontan, hingga tahun 2014, sudah tercatat ada 1.914 bank yang sudah menjadi peserta LPS. Termasuk di dalamnya ada bank syariah dan Bank Perkreditan Rakyat. Untuk mengetahui bank-bank mana saja yang sudah menjadi peserta LPS, biasanya kita bisa melihat tanda stiker kuning yang tertempel di pintu depan bank atau di meja customer service di dalam bank. Jika logo LPS tidak terlihat baik di pintu maupun di dalam ruangan bank, sebaiknya ditanyakan dulu pada petugas bank. Apakah bank yang kita datangi sudah menjadi peserta LPS atau belum.

edit-sticker-lps-di-pintu-bank-syariah-1-59a3b50d13ed2c231c2d78b3.jpg
edit-sticker-lps-di-pintu-bank-syariah-1-59a3b50d13ed2c231c2d78b3.jpg

Stiker LPS di meja customer service Bank Mandiri. (Dok: Pribadi)
Stiker LPS di meja customer service Bank Mandiri. (Dok: Pribadi)
Ada beberapa syarat agar dana kita di bank dijamin oleh LPS. Syarat-syarat berikut biasa disebut dengan 3T.

1. tercatat dalam pembukuan bank. Artinya, kita harus memiliki rekening dulu di bank yang sudah menjadi peserta LPS.
2. tingkat bunga simpanan tidak melebihi tingkat bunga penjaminan. Kita harus waspada terhadap iming-iming bunga tinggi yang tidak wajar. Suku bunga yang dijamin LPS adalah 6.25% untuk bank umum dan 8.75% untuk BPR. Suku bunga melebihi yang telah ditetapkan tersebut, tidak mendapatkan jaminan dari LPS.
3. tidak melakukan tindakan yang merugikan bank, contohnya kredit macet.

Jenis simpanan yang dijamin oleh LPS untuk bank konvensional ada lima yaitu: giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan bentuk lain yang dipersamakan. Sementara untuk bank syariah ada empat produk simpanan yang dijamin LPS antara lain: giro wadiah dan giro mudharabah, tabungan wadiah dan tabungan mudharabah, deposito mudharabah, dan simpanan lain yang sudah ditetapkan oleh LPS.

Keseriusan LPS dalam menjamin dana nasabah di bank yang bermasalah bukan cuma isapan jempol atau pencitraan belaka. Berdasarkan data yang dikutip dari situs Tempo, hingga saat ini LPS sudah melikuidasi 76 bank yaitu satu bank umum, 70 BPR, dan lima BPRS. Selain itu, selama 2016 lalu LPS juga sudah membayarkan klaim kepada nasabah bank yang bermasalah sejumlah Rp 168, 51 miliar. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari 36.513 rekening nasabah.

Mengenai pembayaran klaim LPS kepada nasabah, LPS tidak serta merta melakukannya dalam waktu singkat. LPS melakukan rekonsiliasi (pencocokan data atau saldo) dan verifikasi (pemeriksaan kebenaran laporan keuangan) dulu terhadap dana nasabah dalam waktu 90 hari sejak izin usaha bank dicabut. Jika proses rekonsiliasi dan verifikasi menghasilkan kesimpulan kalau simpanan nasabah termasuk layak bayar (nasabah bukan penyebab bank jadi bermasalah), maka klaim akan dibayar LPS paling lambat lima hari kerja terhitung sejak proses verifikasi. Jangka waktu pengajuan klaim adalah lima tahun sejak izin usaha bank yang tidak sehat dicabut.

Jadi sekarang, kita tak perlu ragu lagi menabung di bank yang sudah menjadi peserta LPS. Uang kita akan aman dan terjamin.

CARA SAYA MENGELOLA KEUANGAN

Tak bisa dipungkiri, seiring kemajuan teknologi dan kemudahan akses informasi, gaya hidup  modern dan keren sangat mempengaruhi masyarakat terutama kaum milenial yang tinggal di kota. Keinginan untuk meniru agar dinilai trendi memicu masyarakat urban tidak perlu berpikir dua kali untuk membelanjakan uang. Perlu pengelolaan finansial yang tepat agar masyarakat urban tidak terjebak dengan gaya hidup yang keliru.

Menurut saya cara mengelola keuangan itu harus memiliki dua tujuan. Pertama, mengelola uang untuk jangka pendek, alias masa kini. Hal ini penting dilakukan supaya kita tidak hidup dalam kesulitan baik di masa kini maupun masa depan. Apalah artinya tabungan kita berlimpah jika kondisi keuangan kita saat ini justru banyak hutang demi memprioritaskan masa depan. Kedua, menyimpan uang untuk masa depan.

Berikut cara saya selaku freelancer dalam mengelola keuangan untuk target jangka pendek.

1. Tidak shopping baju dan lain-lain pada awal bulan.
Jadi ketika gaji ditransfer, saya memprioritaskan kebutuhan paling penting terlebih dahulu untuk dibeli. Belanja bulanan dan makan misalnya. Barulah jika akhir bulan ternyata gaji saya ada sisa (biasanya selalu ada sisa), saya pergi shopping.

2. Membeli karena butuh, bukan ingin.
Biasanya jika saya menginginkan sesuatu di luar budget, saya suka berpikir ulang. Apakah saya ingin? Pasti saya akan menjawab "iya." Lalu pertanyaan berikutnya muncul. Apakah saya butuh sekali? Kebutuhan mendesak yang jika tidak membeli maka kehidupan saya akan kacau?" Pertanyaan kedua sukses bisa mengerem keinginan saya.

3. Tidak tertarik mengikuti tren demi keamanan finansial
Mengikuti tren itu melelahkan, membuat ketagihan, sekaligus memicu bokek.

4. Sangat peduli pada kesehatan diri.
Saya berusaha sebisa mungkin menerapkan pola hidup sehat. Meniru prinsip dari almarhum bapak saya bahwa mencegah penyakit itu lebih baik daripada mengobati.

6. Memiliki rekening bank lebih dari satu.
Saya pernah mengalami hari-hari bokek padahal saldo ATM saya banyak. Apa pasal? Sebab ATM saya satu-satunya tertelan di mesin ATM tanpa saya sadari. Saat itu bertepatan dengan long weekend. Aduh, masa-masa itu saya berhemat mati-matian.

7. Membuat perencanaan keuangan
Saya terkadang mencatat post-post pengeluaran jika dirasa akan menggunakan uang untuk banyak hal. Mencatat pengeluaran, pemasukan, dan laba akan membuat saya lebih terkontrol dalam membelanjakan uang.


8. Memisahkan modal dan keuntungan
Saya melakukannya untuk mempermudah perhitungan keuangan saja. Sekalian biar saya bisa mengetahui apakah saya menjalan usaha dengan baik atau tidak.

Untuk mengelola keuangan jangka panjang alias masa depan, saya memilih menabung. Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, saya memiliki dua rekening yaitu Mandiri dan BRI. Sejujurnya saya belum terlalu serius menabung. 

Buku tabungan saya di BRI dan Mandiri. (dok: pribadi)
Buku tabungan saya di BRI dan Mandiri. (dok: pribadi)

Saya memikirkan rencana jangka panjang dengan mulai menabung secara serius. Saya berencana membuka rekening lagi di Bank BNI Syariah. Saya pilih bank syariah karena kualitasnya sama dengan bank konvensional selain itu biaya administrasinya juga kecil. Saya juga berencana untuk memindahkah dana simpanan di kedua bank konvensional ke rekening bank syariah yang berbeda. 

Menabung di bank menurut saya memiliki banyak manfaat. Selain keamanannya terjamin, menabung di bank juga bermanfaat jika kita memiliki kebutuhan yang mendesak. Tabungan di bank bisa diambil sewaktu-waktu. Keuntungan lainnya adalah, kita bisa mendapatkan keuntungan berupa bagi hasil atau bunga yang bisa membuat saldo kita lebih banyak. Terkadang jika uang yang kita simpan di bank berjumlah melimpah, kita bisa berpeluang untuk mendapatkan hadiah. 

Memiliki rekening di bank juga memudahkan kita melakukan transaksi semisal transfer uang, membeli pulsa, membeli barang secara online yang sekarang lagi booming, atau bahkan membeli barang di toko-toko besar di mall. Kemudahan transaksi didukung oleh adanya ATM dan fasilitas mobile banking. Kita tak perlu membawa uang kemana-mana dalam jumlah banyak. 

Selain bermanfaat bagi diri sendiri, menabung di bank juga bermanfaat bagi orang lain. Secara tidak langsung kita sudah meminjamkan dana kita pada orang lain yang hendak melakukan usaha. Jika banyak masyarakat yang menabung di bank, berarti kita sudah turut andil dalam membantu menstabilkan perekonomian negara. 

Demikianlah cerita saya tentang mengelola keuangan pribadi. Melihat fenomena banyaknya bank-bank hingga ke pelosok daerah, saya rasa tidak ada alasan untuk tidak menabung di bank. Jadi, ayo menabung!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun