Jeruk yang dipanen kemarin dari kebun-kebun di Semboro, Jember, besok pagi sudah bisa menjadi santapan sarapan kami sekeluarga di Bondowoso. Buah Naga dan Jeruk Kristal yang dipanen kemarin dari Banyuwangi, esok telah bisa kami nikmati. Artinya, kami mendapatkan versi yang sangat segar. Dalam kondisi segar, nutrisi yang didapat juga lebih optimal.
Lebih Aman dari Bahan Pengawet Kimiawi
Dapatkah kita bayangkan buah-buahan menempuh jarak ribuan mil dalam waktu lebih seminggu, dari kebunnya nun jauh di sana? Tidakkah kita curiga, bahan apa yang menyelamatkan dari kebusukan? Yakin aman? Hmm… saya sih tidak begitu yakin
Lebih Murah
Konon ini tak selalu benar. Tapi untuk buah dan sayuran, makanan utama kami, jelas yang lokal masih lebih murah. Di Bondowoso sini, buah naga kalau lagi musim, sekilo hanya 5 ribu saja. Atau bahkan 10 ribu bisa dapat 3 kilogram. Itu bisa jadi sarapan kami sekeluarga selama 2-3 hari.
Sesuai Musim dan Kebutuhan
Banyak ahli pola makan sehat mengatakan bahwa Tuhan menciptakan buah sesuai musim, untuk mencukupi kebutuhan manusia. Semua disesuaikan dengan kondisi alam dan kebutuhan manusia di saat tertentu.
Lebih Sesuai dengan Tubuh
Saya pernah membaca status yang ditulis seorang ahli nutrisi, bahwa pangan lokal, yang ditumbuhkan di tanah yang kita pijak, memiliki kesesuaian susunan kimiawi dengan tubuh kita sendiri, sehingga lebih mudah diserap tubuh dan lebih sesuai. Sayangnya saya belum menemukan landasan ilmiahnya, meski telah berupa mencari. Namun secara logika, menurut saya ini masuk di nalar.
Mendukung Kedaulatan Pangan dan Keberpihakan Pada Petani Lokal
Membeli beras merah organik, produk dari Desa Lombok Bondowoso, tak jauh dari tempat tinggal saya, rasanya adalah bentuk dukungan yang sederhana namun berarti. Tidak perlu teori berbusa-busa, beli saja dan konsumsi produk mereka. Itu salah satu bentuk dukungan sebagai masyarakat biasa.