"Jil tahu ....," suara mama Hen.Â
Suara itu tertutup suara keriuhan mama-mama yang lain.Â
Terlihat seorang ibu mengelilingi pendopo. Sampai dekat  mama Seli senyum terkembang.Â
"Eca. Wah maaf ngrepoti mam. Saya bicara sama teman  sebentar kok ya sudah hilang," kata mama Hen.Â
Mama Hen segera mengangkat s? Lat anaknya. Digendong menyeberangi pendopo.  Mata mama Hen tiba-tiba tertuju seorang anak yang duduk di lantai. Kedua tangannya berlumur nasi. Dia sedang makan sekotak nasi. Lauk chicken. Kelihatannya sangat lahap. Kedua tangan bergantian  memindahkan nasi dari kotak menuju bibirnya. Menjadi belepotan. Â
"Aduh Hania. Belepotan," kata mama Rani.Â
"Biarlah. Disuapi nggak mau," kata Sang mama.Â
Wajahnya begitu cuek. Tak peduli anaknya belepotan. Dia tetap mengayunkan anak yang di gendongnya. Rupanya mamanya Hania mempunyai tiga anak sang hampir sama usianya. Anaknya yang pertama anak yang diantar di acara itu. Acara ujian tari  sanggar Nawangsih. Kira-kira berumur sembilan tahun. Adik yang makan belepotan empat tahun dan yang digendong delapan bulan.
Disudut  pendopo lain. Terlihat Yunita sedang  monyong kesal. Ibunya menyuruhnya berpose beberapa kali. Padahal dia ingin segera bergabung dengan teman-temannya.Â
"Ganti gaya, ganti, ganti lagi, senyum hadap kiri tangannya, senyum," serentetan perintah yang harus dilakukan.Â
Wajah Yunita yang dirias cantik semakin kelihatan masam.Â