Sukma menangis tersedu-sedu; di dalam hatinya mungkin dia mengutuk perbuatan mereka. Dia paham jika dirinya hanyalah seorang perempuan yang memiliki profesi menjajakan diri. Namun bukan berarti mereka bisa dengan leluasa hati bisa memperlakukan macam hewan yang tidak memiliki hati dan perasaan sama sekali.
               *******
Bukan hanya Sukma, dan Alexa. Ada lagi Delima yang harus merasakan sakitnya dipasung. Apa kesalahannya? Hanya karena dia sering pulang booking telat waktu, sehingga sang Mucikari menyeretnya ke lantai paling atas, dan mematikan seluruh lampu, lalu kakinya di kunci dengan kayu pasungan.
"Pak, tolong tambahkan satu botol Corona ke mejaku!" pintaku pada seorang pelayan.Â
Sekarang mungkin kalian akan paham, jika menjadi Pelacur itu tidak seindah seperti yang sering kita lihat secara langsung. Tidak ayal mereka adalah para wanita-wanita yang pernah mengalami kekerasan rumah tangga, beban mental juga terjerat kebutuhan ekonomi, dan Sumber Daya Manusia, atau SDM.Â
Seperti mba Alexa yang tetap memilih melacurkan diri, atau Sekar yang harus ditinggal suaminya begitu saja dengan wanita lain. Atau Delima yang kegadisannya dijual langsung oleh orang tuanya.Â
Kita tak pernah tahu sudut pandang dari mereka sebenarnya bagaimana? Kita hanya manusia yang sering kali merasa kitalah suci, dan merekalah hina. Kita lebih sering dan menyukai cemoohan, dari pada berusaha menarik lengan mereka untuk tetap bangun menghadapi dunia dan cobaan.
Sebab hanya kita-kita lah yang sebenarnya memiliki tanggung jawab untuk membimbing mereka kembali ke jalan Allah Subhana Hu'waatta'alla.
Berhentilah menjudge mereka buruk, sebelum kebaikan yang kamu lakukan akan dikembalikan namun ditunjukan bukan untuk kamu.
Sekali lagi aku katakan Pelacur bukalah sebuah cita-cita yang indah, bukan pula pilihan yang baik. Namun kembali lagi pada takdir, dan keinginan diri sendiri kadang-kadang pun mereka harus pasrah hanya untuk malam ini mereka mendapat setoran terusÂ
Bimbinglah mereka ke jalan yang benar, gandeng tangan mereka sebagai saudara, karena hati yang luluh akan terus mengingat Allah di sepanjang langkahnya.Â