Mohon tunggu...
Widuri Melati
Widuri Melati Mohon Tunggu... Penulis - BMI

Widuri Melati Penulis Cerpen Perawat Lansia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Balik Tubuh Indah Seorang Pelacur

2 Mei 2019   22:03 Diperbarui: 2 Mei 2019   22:28 3881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Widuri Melati

Seorang perempuan berusia sekitar 18 tahun, dengan rok pendek, dan buah dada terbuka tengah asik menghisap rokok dengan sambil berdiri. Di sebelahnya juga berdiri seorang perempuan yang terlihat nampak lebih tua, juga tengah menghabiskan sebatang rokok yang baru saja dia nyalakan.

Dari kejauhan aku hanya memandang mereka berdua. Iya, pernah bilang merekalah neraka sebenarnya. Sebab mereka moral rusak, sebab mereka suami-suami tak lantas pulang, juga sebab mereka pula uang gaji para suami tak sampai ke tangan istri dengan utuh.

Kalian tahu sebenarnya mereka pun tak memiliki cita-cita menjadi seorang Pelacur. Menjajakan diri demi selembar rupiah. Kalian pikir hidup tanpa cinta itu enak? Sebab yang aku paham di manapun tidak akan pernah ada wanita yang memiliki cita-cita menjadi seorang Pelacur.

"Malam ini ada bookingan nggak, Mel?" 

Aku tersenyum tipis seraya menenggak segelas minuman berjenis Baileys, atau Baileys Irish Cream. Adalah minuman beralkohol yang dibuat dari wiski Irlandia, cream, gula dan kakao. Komposisi dari cream segar dalam Baileys adalah sebesar 50%. Minuman ini tak memabukkan, rasanya hampir sama seperti kopi dan susu, dengan harum cokelat yang menyengat. Namun tetap dengan alkohol yang rasanya tak hilang di tenggorokan.

Setiap malam aku duduk di sini, mengawasi mereka dari kejauhan. Apa aku juga mantan seorang Pelacur? Iya, jelas. Sebelum mereka menjajakan diri aku sudah terlebih dahulu merasakan jatuh bangunnya hidup menjual diri. 

"Kasihan ya, Alexa!" bisik seorang perempuan di belakang tempat dudukku.

"Katanya dia punya hutang sampai 40 juta ke Bosnya!" sambungnya lagi.

"Terus gimana sekarang dia?" tanya balik perempuan sebelahnya.

Kedua perempuan tersebut kemudian menengok kiri dan kanan, seraya menarik lengan perempuan yang satunya, dan membisiki telinga perempuan berbaju merah menyala. 

"Alexa dijual ke Bali!" bisik perempuan berbaju biru Dongker ke perempuan berbaju merah.

Seraya menunjuk jarinya ke mulut, dan berusaha agar berita ini jangan sampai terdengar siapapun. 

                            *******

Menjadi seorang Pelacur tak lantas akan hidup enak, bergelimang harta, juga dijamin akan memiliki tahta. Tidak! Jelas itu salah. Di dalam dunia prostitusi jika anak tersebut sudah nampak tidak laku dijual, atau tidak lagi menjadi aset untuk para Germo (sebutan seorang mucikari) mereka akan menjual ke pada Mucikari lainnya. 

Tidak segan-segan dengan harga fantastis. Lalu uang itu ke mana? Jelas akan jatuh ke Mucikari tersebut, dan si Pelacur itulah yang akan lelah-lelah bekerja tanpa digaji untuk membayar uang yang sudah diberikan ke Mucikari yang pertama. 

Sudah dipastikan betapa sangat menderitanya mereka. Jika kamu ingin segera mendapatkan gaji; maka mereka akan mentargetkan kamu untuk melayani lelaki hidung belang lebih dari lima orang.

Kali ini Alexa harus merasakan pahitnya dijual, dan dipasrahkan begitu saja. Alexa memiliki banyak beban dalam hidupnya. Dia harus kehilangan Ayahnya secara bersamaan dengan kecelakaan yang di alami adiknya, hingga merenggut nyawa sang adik. Belum usai kesedihan duka dalam kehilangan yang di alami, rumah Alexa habis dilalap si jago merah. 

Dia kalut, setengah stres. Hutangnya bahkan sudah sampai 50 juta rupiah. Dengan kondisi yang tidak stabil ini akhirnya Alexa menjadi malas untuk bekerja. Hingga suatu hari Mucikari yang Alexa ikuti menjual dia pada seorang Mucikari di BAR, Bali. Dengan harga 30 juta, Alexa dilepaskan begitu saja pada Mucikari lain. 

Beban hidupnya belum juga selesai, kini dia harus menanggung beban hutangnya menjadi 80 juta rupiah. Bayangkan betapa sengsaranya kehidupan mereka? 

                                  *******

Sambil terus ku tuang sisa-sisa minuman di dalam botol; aku menjadi teringat dulu. Saat aku harus menyaksikan seorang perempuan yang sudah lelah melayani, terus diseret dan dituntut melayani seorang tamu luar negeri. Karena tak tahan perempuan tersebut akhirnya memilih izin untuk pulang. Namun sesampainya di rumah justru sang Mucikari sudah menunggu dia di depan pintu. 

"Kenapa kamu pulang?" tanya dia sampul bertolak pinggang.

"Aku sakit, Bos!" jawab perempuan tersebut.

"Dapat berapa tamu kamu malam ini, Sukma?" tanya Mucikari lagi dengan nada sinis.

"Hanya satu, Om!" 

Dengan tatapan menyeramkan sang Mucikari menghardik Sukma, dia menunjuk-nunjuk wajah Sukma sambil berteriak-teriak.

"Tugas satu kamu sudah pulang? Berani sekali. Sakit apa memang?" katanya dengan nada sangat marah.

"Anu! Kemaluanku sakit sekali, aku nggak kuat melayani tamu!" sahut Sukma sambil merintih.

Bukannya kasihan sang Mucikari malah lantas menyuruh dua orang pria penjaga tempat istirahat para PSK untuk menyeret Sukma ke dalam kamar. Menggenggam kedua tangan Sukma kuat-kuat. 

"Buka roknya, aku mau tahu sakit serius apa bohong!" bentak Mucikari menyuruh penjaga satunya.

Dengan sangat sadar mereka membuka rok Sukma, menarik celana dalam dengan kasar. Dan memaksa Sukma untuk menunjukan kemaluannya di depan Mucikarinya, dan dua pria penjaga rumah tersebut. 

Sukma menangis, sudahlah dia menjadi Pelacur. Jangankan kasihan dengan kondisinya saat ini, dia malah diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi.

Sukma menangis tersedu-sedu; di dalam hatinya mungkin dia mengutuk perbuatan mereka. Dia paham jika dirinya hanyalah seorang perempuan yang memiliki profesi menjajakan diri. Namun bukan berarti mereka bisa dengan leluasa hati bisa memperlakukan macam hewan yang tidak memiliki hati dan perasaan sama sekali.

                             *******

Bukan hanya Sukma, dan Alexa. Ada lagi Delima yang harus merasakan sakitnya dipasung. Apa kesalahannya? Hanya karena dia sering pulang booking telat waktu, sehingga sang Mucikari menyeretnya ke lantai paling atas, dan mematikan seluruh lampu, lalu kakinya di kunci dengan kayu pasungan.

"Pak, tolong tambahkan satu botol Corona ke mejaku!" pintaku pada seorang pelayan. 

Sekarang mungkin kalian akan paham, jika menjadi Pelacur itu tidak seindah seperti yang sering kita lihat secara langsung. Tidak ayal mereka adalah para wanita-wanita yang pernah mengalami kekerasan rumah tangga, beban mental juga terjerat kebutuhan ekonomi, dan Sumber Daya Manusia, atau SDM. 

Seperti mba Alexa yang tetap memilih melacurkan diri, atau Sekar yang harus ditinggal suaminya begitu saja dengan wanita lain. Atau Delima yang kegadisannya dijual langsung oleh orang tuanya. 

Kita tak pernah tahu sudut pandang dari mereka sebenarnya bagaimana? Kita hanya manusia yang sering kali merasa kitalah suci, dan merekalah hina. Kita lebih sering dan menyukai cemoohan, dari pada berusaha menarik lengan mereka untuk tetap bangun menghadapi dunia dan cobaan.

Sebab hanya kita-kita lah yang sebenarnya memiliki tanggung jawab untuk membimbing mereka kembali ke jalan Allah Subhana Hu'waatta'alla.

Berhentilah menjudge mereka buruk, sebelum kebaikan yang kamu lakukan akan dikembalikan namun ditunjukan bukan untuk kamu.

Sekali lagi aku katakan Pelacur bukalah sebuah cita-cita yang indah, bukan pula pilihan yang baik. Namun kembali lagi pada takdir, dan keinginan diri sendiri kadang-kadang pun mereka harus pasrah hanya untuk malam ini mereka mendapat setoran terus 

Bimbinglah mereka ke jalan yang benar, gandeng tangan mereka sebagai saudara, karena hati yang luluh akan terus mengingat Allah di sepanjang langkahnya. 

Taiwan, 02 Mei 2019. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun