Mohon tunggu...
Widodo Febri Utomo
Widodo Febri Utomo Mohon Tunggu... Editor - Santri dan Mahasiswa

Instagram : Widodo_febriutomo Facebook : Widodo ( Widodo Febri Utomo ) Twitter : @WidodoFebriU_

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyeimbangkan Tujuan Instruksional dalam Paradigma Pendidikan Pesantren Modern

21 Maret 2020   23:14 Diperbarui: 3 Oktober 2020   20:33 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. PENDAHULUAN

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua dan berakar cukup kuat di tengah masyarakat. Selain itu pesantren mempunyai hal unik yang berbeda dari beberapa lembaga yang berkecimpung dalam hal pendidikan di tanah air. 

Pesantren lebih mengembangkan dalam perihal beretika dan yang demikian sejak berpuluh puluh tahun lamanya tetap eksis hingga era kini. Di Indonesia sendiri selain berpenduduk muslim terbesar di dunia, namun juga menjadi negara yang memiliki pesantren yang paling banyak.

Literatur yang disusun ulama salaf terdahulu di dalam merancang akses dalam pembelajaran salah satunya dalam pintasan klasik kitab kuning memberikan serapan ajaran sebagai landasan dalam pengembangan peningkatan moralitas di pesantren.

Dimensi vertikal menyangkut hubungan hamba dengan Pencipta , pesantren juga berperan dalam mengoordinir hubungan mualamah, baik pada tingkatan keluarga hingga negara. Jika dianalisis dari segi sejarah perkembangannya, pesantren memiliki komponen komponen, pola kehidupan, serta pola adopsi terhadap berbagai macam inovasi dalam rangka mengembangkan sistem pendidikan, baik diranah konsep maupun praktik. 

Menurut Mastuhu, sebagaimana dikutip Amin Haedari dkk. Dalam buku Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Kompleksitas Global, sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional, pesantren mempunyai empat ciri khusus yang menonjol.

Keempat itu meliputi memberikan pelajaran agama versi kitab-kitab Islam klasik berbahasa Arab, memiliki teknik pengajaran unik semisal sorogan dan bandonan atau wetonan, mengedepankan hafalan, serta menggunakan sistem halaqoh.

Pesantren diharapkan mampu untuk sedikit merubah beberapa sistem belajar yang ada di dalamnya. Hal ini dimaksudkan supaya pesantren tetap menjadi wadah terbentuknya seseorang yang diidealkan oleh masyarakat.

Maka dari itu, di dalam tulisan ini akan dibahas tentang sistem belajar serta beberapa konsep pesantren modern untuk terwujudnya tujuan instruksional yang dirancang di dalamnya.

B. PEMBAHASAN

Menurut Illich, suatu sistem pendidikan yang bisa dikatakan baik diharuskan mempunyai tiga tujuan. Pertama, ia harus menyediakan wadah untuk semua kalangan golongan yang ingin belajar yaitu berupa peluang untuk menggunakan sumber-sumber daya yang ada pada kehidupan mereka.

Kedua, ia harus memberi izin kepada seluruh orang, yang ingin membagikan apa yang mereka ketahui, untuk menemukan orang yang ingin belajar dari mereka.

Ketiga, sistem pendidikan ini memberi peluang kepada semua orang yang ingin menyampaikan masalah ketengah masyarakat untuk membuat keberatan mereka diketahui oleh umum.

Dari gambaran secara umum yang ada bisa dikatakan bahwa pesantren telah memenuhi tiga tujuan yang ada. Namun seiring dengan perkembangan zaman perlu diadakan kembali terkait banyak sekali evaluasi dan pembenahan di dalam proses dan sistem belajar yang ada di pesantren, jika tidak demikian maka pesantren akan lambat laun dianggap sebagai lembaga pendidikan dengan sistem yang tidak mengikuti era yang lebih baru.

Seiring dengan pembaruan sistem di pesantren, maka pedoman dalam Al-Qur'an dan hadist juga tidak boleh dilupakan, karena pada hakikatnya kedua hal tersebut merupakan pedoman yang selama ini digunakan didalam pesantren sebagai media pedoman utama dalam berkehidupan.

: : : : : : .

Telah disampaikan kepada kami oleh Nasr bin 'Aly al-Jahdamy, Telah disampaikan kepada kami oleh 'Abd Allah bin Dawud, dari 'Asim bin Raja' bin Haywah, dari Dawud bin Jamil, dari Kathir bin Qays, dia berkata suatu ketika aku duduk bersama Abu al-Darda' di Masjid Damaskus, 

Sesorang datang kepadanya dan berkata: "wahai Abu al-Darda' aku datang kepadamu dari Madinah kota Nabi Saw untuk (mendaptkan) sebuah hadis yang kamu dengarkan dari Rasulullah Saw"

Abu al-Darada' berkata: "Jadi kamu datang bukan untuk berdagang?"

Orang itu menjawab: "Bukan", Abu al-Darda berkata: "dan bukan pula selain itu ?", orang itu menjawab:"bukan", Abu al-Darda' berkata: Sesungguhnya kau pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa yang meniti jalan untuk mendapatkan ilmu, Allah akan memudahan baginya jalan menuju surga"(H.R Ibnu Majah).

Pada hadist tersebut terkandung anjuran dan pahala bahwa pendidikan itu adalah hasil ciptaan alam modern yang dalam istilah Nashr Hamid Abu Zaid "intaj al-tsaqafy" yang sangat besar bagi mereka yang meniti jalan guna mencari ilmu melalui berbagai macam media pendidikan, bahkan Rasulullah Saw memberikan garansi kemudahan mencapai surga bagi mereka yang meniti jalan untuk mencari ilmu.

Perintah menuntut jalan pendidikan untuk mendapat ilmu juga dijelaskan dalam Surah At-taubah ayat 112 sebagai berikut :

"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya."(Q.S At-taubat/112)

Pada ayat di atas Allah Swt memberikan penjelasan secara eksplisit tentang tujuan pendidikan Islam yakni agar dapat mengajarkan kepada kelompok masyarakat tempat mereka hidup dan bersosialisasi, nilai tujuan tersebut agar masyarakat dapat menjaga diri mereka baik secara individual maupun kelompok.

Tujuan Instruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan sikap yang seharusnya ada pada peserta didik sebagai hasil dari proses belajar yang dinyatakan dalam perbuatan tingkah laku. Lingkungan santri tentunya menggambarkan demikian, selain santri dibimbing untuk mengaji dan menjadi insan yang diharapkan masyarakat, santri dituntut untuk dapat mengimplementasikan hal tersebut.

Menurut KH. Hasyim Asya'ari, tujuan diberikannya sebuah pendidikan pada setiap manusia ada dua, yaitu :

Menjadi insan yang purna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Insan purna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka diperlukan berbagai macam cara yang terlebih ketika kita melihat kondisi era kini yang seharusnya pesantren mulai merombak berbagai macam sistemnya untuk terus mengikuti perkembangan zaman.

Dinamika zaman dari fase industri ke fase informasi telah menyebabkan perubahan orientasi masyarakat dari belajar mencari ilmu menjadi belajar untuk mempersiapkan memperoleh pekerjaan.

Namun demikian, dengan memenuhi jawaban kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan yang berorientasi pada dunia kerja, bukan berarti tugas pesantren telah usai.

Justru pekerjaan pesantren menjadi semakin berat. Karena di satu sisi pesantren harus mampu menjawab kebutuhan pendidikan masyarakat yang sudah berubah haluan orientasi kedunia kerja, pesantren juga tetap harus menjaga konsistennya sebagai lembaga pendidikan tafakkuh fid din dengan bumbu nilai keislaman yang menjadi ciri khas utamanya.

Mafred Ziemek, misalnya, menganggap pesantren bukan hanya wadah pusat perubahan dibidang keagamaan, tetapi juag dibidang pendidikan politik, budaya dan sosial.

Zamakhsyari Dhofier mengungkapkan hal yang sama bahwa pada dekade akhir-akhir ini, karier pesantren sedang mengalami perubahan fundamental dan juga telah ikut memegang peranan dalam proses transformasi kehidupan masyarakat Indonesia.

Maka pesantren harus mulai menyeimbangkan dengan keadaan yang ada , penyesuain itu dapat dimulai dari :

1. Kurikulum 

Di dunia pesantren, kurikulum pesantren perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan tuntutan zaman, dengan tetap berpijak pada tujuan utama yang masih relevan dan menjadi inti pondok pesantren, misalnya tasamuh, tawassuth, ta'awun dan sebagainya.

2. Pendidikan berwawasan kecakapan hidup

Sebagaimana disebutkan pada sistem pendidikan nasional, pasal 26 ayat 3 UU No. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan kecakapan hidup ialah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, sosial, intelektual dan kecakapan vokasional untuk berkerja atau usaha mandiri.

3. Metode pembelajaran

Model pembelajaran di pesantren yang mulanya menggunakan metode dalam bentuk sorogan, bandongan, halaqoh, dan hafalan. Nah, seharusnya pesantren mulai memasukkan beberapa pendidikan keterampilan juga semisal bertani, beternak, dan kerajinan tangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan wawasan santri terhadap hal duniawi.

4. Manajemen organisasi

Meskipun kita tahu bahwa peran kiai sangat dianggap penting dalam pesantren, tetapi kiai tidak ditetapkan pada posisi penentu kebijakan secara tunggal. Dari sini, kerja dimulai dengan pembagian unit kerja sesuai urutan kepemimpinan dalam pesantren. Hal ini dimungkinkan santri untuk bisa belajar berorganisasi.

C. KESIMPULAN

Dari gambaran secara umum yang ada bisa dikatakan bahwa pesantren telah memenuhi tiga tujuan yang ada.  Namun seiring dengan perkembangan zaman perlu diadakan kembali terkait banyak sekali evaluasi dan pembenahan didalam proses dan sistem belajar yang ada di pesantren, jika tidak demikian maka pesantren akan lambat laun dianggap sebagai lembaga pendidikan dengan sistem yang tidak mengikuti era yang lebih baru.

Tujuan Instruksional adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan sikap yang seharusnya ada pada peserta didik sebagai hasil dari proses belajar yang dinyatakan dalam perbuatan tingkah laku.

Lingkungan santri tentunya menggambarkan demikian, selain santri dibimbing untuk mengaji dan menjadi insan yang diharapkan masyarakat, santri dituntut untuk dapat mengimplementasikan hal tersebut.

Sumber :

Arif, Muhrizal.2016.Pendidikan Pos Modernisme.Yogyakarta:ArruzMedia

Dhofer, Zamakhsyari.2011.Tradisi Pesantren;Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia.Jakarta:LP3ES

Illich, Ivan.2009.Menggugat Pendidikan.Yogyakarta:Pustaka Belajar

Yasid, Abu.2015.Paradigma Baru Pesantren.Yogyakarta:IRCiSoD

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun