Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru - Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengorbanan Jojo

20 September 2024   22:23 Diperbarui: 20 September 2024   22:25 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pengorbanan Jojo 

Oleh: Widodo, S.Pd. 

"Braaakkkk......." aku terjatuh. Kakakku segera bergegas ke luar.

" Astaga ... Ren... punya hobi kok jatuh," canda kakakku ketus. 

" Haadddeeeeuhhhhh, kok hobi sih, Kak, ... sakit nih..." jawabku sambil menahan sakit karena menabrak pagar.   

Malu rasanya, belum juga sembuh kakiku karena jatuh keseleo pada saat pelatihan sebagai pelatih penari balet yang cukup terkenal se Dusun Gelam Jaya ini, eh sekarang ditambah lagi sakit kepentok pagar rumah, eehmm.  

" Kamu duduk di sini, aku akan mengambilkan kopi dan sarapan, aku tahu kamu pasti belum sarapan," kata kakakku sambal memapahku duduk di kursi panjang di ruang tamu. 

" Maaf ya Kak, aku jadi merepotkan, tadinya aku mau ke tempat ibu kasih uang buat bayaran Kakak Puput, tapi kakiku agak kram tadi kupaksakan berjalan mampir ke sini" kataku sambil mengurut kaki yang terlihat bengkak. 

" Nggak apa-apa Ren, kayak sama siapa aja sih, kalau kamu sakit entar siapa dong yang antar-antar aku ke acara arisan keluarga" jawab kakakku sembari menyiapkan sepiring nasi uduk, secangkir kopi dan air putih hangat untukku. 

" Istirahat saja dahulu di sini, nanti minta tolong Kakak Puput ke sini jemput kamu dan mengurut kakimu biar lekas sembuh. Oh iya bagaimana dengan Jojo, pacar kamu ?" tanya kakakku.

Sambil menikmati sarapan hangat, aku Rena anak pertama dari 5 bersaudara, memulai bercerita tantang Jojo pacarku kepada Rubiyati, Kakak Sepupuku dengan penuh semangat.

**

Adalah seorang cowok lumayan ganteng, namanya Johanes Raharjo dengan nama panggilan akrab Jojo. Kukenal dia sejak kelas lima SD, sebagai teman sekelas, sebangku bahkan. Rambutnya selalu tertata rapi dengan minyak yang harum. Postur tubuh yang tegap dengan dada bidang adalah penampilannya yang unik. Ia sering menjadi kapten tim futsal di sekolah yang merupakan daya tarikku tersendiri. 

 " Halo, sudah makan apa belum, Ren ?" tanya seseorang melalui chat WA. Ketika kulihat WA tersebut, ternyata Jojo temanku sebangku, ha ...ha ... ha ... aneh ini bocah. Bertanya soal makan saja pakai WA segala. 

Berawal dari teman yang semakin akrab, jadilah persahabatan yang terindah di antara kami berdua. Nah Ketika lulus SD, aku sempat senang karena Jojo memilih sekolah yang sama denganku. Itu berarti persahabanku dengannya akan terjalin terus. Tapi apa daya, si Jojo tidak diterima, dan berpisahlah aku dengannya. 

Entah mengapa, aku, tuh, merasa sedih, sedih sejadi-jadinya, seperti baru kehilangan apa yang sangat berarti bagiku. Awalnya aku gak sadar akan perasaanku ini, namun lama-kelamaan perasaan ini semakin terasa layaknya angin yang berhembus perlahan menjadi lebih dahsyat.

Semenjak pisah dengannya, aku jarang berkomunikasi dengannya, bahkan menurutku sangat canggung untuk memulainya suatu pembicaraan melalui sosial media. Semenjak itu aku merasa rindu. Perasaan itu sangat jelas terasa dalam sanubariku. Apalagi terasa selalu ingin chat dengannya, namun canggung untuk memulainya, karena juga aku ini seorang cewek yang berharap didahului atau menunggu dari seorang cowok. Dari situ aku sadar sesuatu yang berbeda dengan perasaanku terhadapnya. 

Akhirnya aku beranikan diri untuk memulai mengembalikan semua kenangan semasa aku SD. Hingga ..., keberanianku pun tidak sia-sia, aku dan Jojo berhasil berkomunikasi lagi seperti dahulu. Kembali aku mengingat bahwa seminggu yang akan datang dia akan berulang tahun. Satu hal yang membuatku sangat bahagia adalah dia mengundang aku untuk datang ke pesta ulang tahunnya.

Benarkah bahwa hari tersebut, memungkinkan bisa menjadi hari yang bersejarah bagiku ? Dia merayakan hari jadinya dengan mengundang diriku untuk datang ke pestanya, yang sebelumnya susah untuk dijelaskan betapa bahagianya hatiku. 

Balon -- balon berwarna - warni tergantung di stage bertuliskan namanya. Aku datang sendiri. Aku melihat banyak teman barunya di sana, dan anehnya aku merasa seperti orang asing di situ. Namun perasaan itu tak berlangsung lama, karena akhirnya aku bertemu juga dengan teman-teman SD ku tersebut. Setelah aku amati ternyata Jojo hanya mengundang sahabat-sahabat semasa SD saja. 

Dengan perasaan gugup aku menghampiri Jojo, memberikan kotak berwarna emas, berisi sebuah hadiah indah karena berhubungan dengan klub futsal yang selalu ia banggakan. Dia menerimanya dengan senang hati, penuh senyum bahagia. Acara ulang tahun itu lumayan meriah dengan makanan yang cukup mewah, dan aku melihat begitu gembira, penuh senyuman, canda, dan tawa. Akupun demikian, merasakan hal yang sama, boleh dibilang bahwa hari itu bisa menjadi hari yang bersejarah dalam hidupku. 

Wah, .... ada hal yang lain berhubungan dengan cerita dengannya. Sejak itu, aku selalu menantikan hari Minggu saat aku pergi ke gereja. Selain berdoa, ternyata aku selalu mengintip apakah si Jojo juga ada di gereja itu. Benar, ... aku sering melihatnya secara diam-diam dari kejauhan, dia ada bersama keluarganya. Minggu demi minggu, aku selalu melihat perkembangan dirinya, wow, makin lama makin tampan. 

Tak jarang aku dengannya membuat kontak mata, ya kira-kira 3 detik, rasanya seperti setruman listrik di hatiku. Mungkin inilah yang disebut cinta monyet ? Mungkin, sebab banyak sekali cerita tentangnya, semuanya terlalu indah untuk dikenangkan. Hal itu pula yang membuatku sangat susah untuk melupakannya. 

Begitu juga Jojo, merasakan hal yang serupa. Akhirnya kami mengikat janji untuk menjadi pacar hingga sekarang ini. Aku terus bercerita kepada kakaku dengan penuh semangat, hingga akhirnya muncul pertanyaan yang terpendam sebelumya. 

" Kak, aku mau minta pendapat nih. Kira-kira aku nikah dulu atau nunggu adik -- adikku lulus sekolah ?" tanyaku.

" Karena kalau dua-duanya berlangsung, terus terang aku tidak sanggup. Pacarku sih gak minta buru-buru aku menikah. Apa lagi sekarang masih kontrak kerja di Jakarta. Jojo lebih setuju jika aku selesaikan dahulu bantu ibu biayai adik-adikku sekolah sampai lulus minimal SMA. Gimana menurut kakak?" tanyaku berikutnya. 

 Sambil mengerutkan kening kakak mencoba memberikan pendapatnya. 

 " Ehemmmm... gimana ya. Kalau umurmu memang sebenarnya sudah cukup pas untuk segera menikah. Tetapi kalau dilihat dari kondisi ibum u, adik-adikmu kasihan kalau-kalau sampai gak sekolah. Kakak kasihan sama kamu, bantu adik-adikmu sekolah, sementara dirimu sendiri gak keurus." jawab kakaku.

    **

 Seminggu telah berlalu. Aku sering berkomunikasi dengan Jojo melalui chatingan WhatsApp. Akhir -- akhir ini Jojo sering mengeluh badannya meriang dan kepalanya pusing, tetapi dipaksakan bekerja, bahkan sampai lembur karena tuntutan kejar target produk dari perusahaannya. Kadang hanya 1 atau 2 jam saja tidur dalam sehari semalam. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi badannya yang terporsir kerja siang malam. 

 Jangankan untuk bersenang -- senang, istirahat saja tidak sempat apalagi berdoa dan ke gereja seperti dahulu lagi. Aku bingung bagaimana harus memberikan pemahaman, bila bekerja mah harus disertai dengan doa. 

Sekeras dan sekuat apapun dalam bekerja, jika tidak disertai dengan berdoa semua akan lemah. Tak terasa menetes air mataku ini, teringat betapa berat beban kami berdua. Walau semua itu aku dan Jojo tutupi dengan tawa dan canda yang renyah. Tetapi hati ini tidak bisa dibohongi. Andai Jojo bisa dekat dengan Allah, beban berat akan terasa ringan dan menyenangkan. Lamunanku terputus manakala dering HP yang dari tadi kubiarkan berbunyi, baru aku angkat, karena sedang fokus menggoreng kerupuk di dapur. 

" Ren....." suara kakak terdengar lirih. Aku masih menunggu suara paraunya namun ternyata hanya isak tangis yang tak kunjung henti. 

" Kakak ada apa ?" tanyaku mulai cemas. Sesal hati ini rupanya HP yang dari tadi berdering berasal dari Jojo pacarku yang hendak menghubungiku, tidak segera kuangkat. 

" Jojo ... ke...ce...la...ka...ann." Kata kakaku terputus putus dengan terisak, kakak yang mendapat telepon dari keluarga Jojo itu coba melanjutkan bicaranya, sambil menangis. 

" Jojo sudah meninggal dunia dalam kecelakaan di jalan raya ketika hendak berangkat kerja." Kakakku memberi penjelasan. 

Kecelakaan itu terjadi pada pukul 05.00 pagi. Ada beberapa truk melaju kencang di jalan raya. Truk melaju kencang karena jalan dibilang masih terasa sepi. Benar ada sepeda motor Yamaha Vixion yang dikendarai Jojo melaju dengan kencang juga. Tabrakan tak dapat dihindarkan. Keduanya saling beradu.  

Tangisku pecah mendengar suara kakak mengucapkan kalimat terakhirnya. Aku bersama kakak segera bergegas menuju ke rumah Jojo. Tak ada kata yang terucap. Kami membisu sepanjang perjalanan. Hanya hati yang berkecamuk dengan berbagai perasaan dan pertanyaan kepada Allah. Jojo anak pertama dari 5 bersaudara, tulang punggung dari keluarga Ibu Retno yang menjada rela berkorban untuk membantu membesarkan adik-adiknya dari kecil hingga dewasa. Itulah pengorbanan Jojo bak pahlawan bagi keluarga. 

Tidak pernah menyangka. Takdir telah memupus segala asa. Tidak pernah menduga, bila angan-angan yang lama didamba akan berakhir kandas dengan duka cita dan air mata. Kami beranikan menaruh harapan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga arwah Jojo beristirahat dengan tenang di alam baka, bersatu dengan para kudus di surga. Teriring doa dari kami semua yang mencintai Jojo. 

***

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun