"Ayah, ayo temani Amin main mobil-mobilan," ajaknya sambil memandangi wajah Tejo lekat-lekat.
"Iya, sayang. Amin main sendiri ya. Nanti ayah susul. Itu ada teman-teman ayah," Tejo memangku anaknya. "Ayo salim," lanjut Tejo.
Tejo mengenalkan teman-temannya kepada anaknya. Kang Narto, Maman, dan Darto menyambut tangan mungil itu disusul mencubit pipi Amin dengan gemas dan mencium keningnya.
"Jo, ini anakmu?" tanya Maman sambil mengunyah kurma.
"Iya. Ini anakku yang kedua. Umurnya 3 tahun. Kakaknya sekarang sudah kelas 6. Sebentar lagi lulus."
Tak lama berselang, Amin, anak Tejo lari menuju ibunya yang ada dalam rumah.
"Anakmu berapa, Jo?" tanya Kang Narto.
"Dua. Semuanya laki-laki," jawab Tejo bangga.
Memang, anak adalah harta yang tak ternilai. Anak adalah segalanya. Memiliki anak menjadi kebahagiaan yang luar biasa bagi keluarga. Sebuah keluarga belum dikatakan "sempurna" apabila belum mendapat amanah si buah hati. Ketika bertemu dengan keluarga, teman atau siapa pun yang kita kenal, pertama kali yang ditanyakan adalah "berapa anakmu?" Bukan "berapa rumah atau kendaraanmu?"
"Lha, anakmu berapa Kang?" Tejo balik tanya kepada Kang Narto.
"Dua Jo. Semuanya perempuan. Anak kedua baru lahir tiga bulan yang lalu," tutur Kang Narto.