Merespons pernyataan di atas, mungkin ada yang berkata:
"Kan nanti jadi butuh biaya banyak, Mas Ido, untuk merombak stadion. Belum lagi proses adaptasi untuk beralih dari kebiasaan buruk (cenderung negatif), menjadi kebiasaan yang positif. Jangan lupa, butuh sosialisasi juga secara menyeluruh kepada banyak pihak, sebelum perubahan yang positif itu dapat benar-benar terealisasi dan memberi dampak nyata. Apa iya, para oknum suporter itu mau diatur supaya lebih positif dalam memberikan dukungan? Apa nanti nggak jadi ribut, kalau sampai sanksi tegas diberikan?"
Terus terang, untuk perubahan seperti yang saya paparkan di atas, tentu saja memerlukan biaya banyak, apalagi jika harus merombak stadion. Butuh waktu juga untuk peralihan kebiasaan, dari kebiasaan yang cenderung negatif menjadi kebiasaan baru yang positif, juga untuk sosialiasi secara menyeluruh kepada banyak pihak, mulai dari pengelola stadion, pihak klub, hingga asosiasi suporter dan para pedagang merchandiseyang biasa hadir di sekitar stadion setiap pertandingan di seluruh Indonesia. Semua kerepotan itu pasti akan terjadi, tetapi harus dihadapi dengan berani. Semuanya demi perubahan besar dalam persepakbolaan nasional, yang kelak akan sepadan hasilnya dan bisa kita nikmati bersama.
Selain itu, diperlukan juga penanaman nilai sportivitas sejak dini, yang melibatkan orangtua, para pelatih olahraga, juga para pendidik dalam berbagai bidang, termasuk di sekolah-sekolah dan tempat lain yang secara rutin menyelenggarakan perlombaan, kejuaraan, atau turnamen hingga kompetisi. Ajarkan bahwa menang-kalah dalam pertandingan itu biasa, tetapi sikap lapang dada menerima kekalahan (bahkan ketika dicurangi) perlu dikembangkan sejak ini. Jika ingin protes akan sesuatu, hendaklah disampaikan dengan cara yang baik, sopan, dan seminimal mungkin efek yang dapat merugikan orang lain (orang banyak).
Nah, menarik untuk ditunggu langkah tegas apa yang akan diambil oleh PSSI dan pengelola Liga 1, mengenai aksi anarkis (oknum) suporter sepak bola di Indonesia. Kita harapkan, kali ini mereka benar-benar serius memikirkannya, tak hanya tindakan pencegahan atau pendisiplinan, tetapi juga rencana perbaikan dan perubahan jangka panjang.Â
Kesiapan untuk "berani ribut", terutama ketika berhadapan dengan orang-orang yang sukar diatur atau ditertibkan, juga rasanya akan diperlukan, karena biasanya untuk perubahan (perbaikan) besar, akan menggoncang zona nyaman dari berbagai pihak. Namun, saya yakin jika semuanya itu dapat dijalankan dengan kesungguhan hati, kelak keinginan kita semua untuk menyaksikan pertandingan sepak bola yang berkualitas, tetapi nyaman sekaligus aman, dapat segera terwujud.
Jika hal itu dapat (mulai) terwujud, saya pun tak akan menunda waktu lagi untuk menjadi yang terdepan untuk mengantre atau mendahului pembelian tiket supaya dapat menyaksikan langsung ke stadion, setiap kali tim kebanggaan saya bertanding atau saat berlangsung big match.Jika saat itu Kompasiana masih eksis, saya pastikan akan menyiapkan sebuah tulisan untuk diunggah dalam waktu tak lebih dari 2x24 jam, untuk menceritakan pengalaman itu kepada dunia!
Semoga harapan itu dapat terwujud!
Salam olahraga,
-wsp-
Referensi: