Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Anarkisme Suporter Kambuh Lagi, Ketegasan dan Pembenahan dari PSSI Sangat Ditunggu

8 November 2017   12:05 Diperbarui: 8 November 2017   21:07 2988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kericuhan pertandingan Liga 1 antara Persib vs Persija, 22 Juli 2017 (CNN Indonesia)

Bagi kalangan fans sepak bola, pasti tak asing dengan perilaku oknum suporter fanatik asal Inggris yang dikenal dengan Hooligans.Sekitar tahun 1980-an, aksi suporter tersebut sungguh mengkhawatirkan dengan perilaku anarkisnya, yang tak peduli pada keselamatan nyawa sendiri dan nyawa orang lain. (4)

Seperti dimuat dalam artikel tersebut (referensi nomor 4), pemerintah Inggris bersama Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) dan klub-klub yang berkompetisi di Inggris, termasuk klub-klub Premier League,sepakat untuk mempertegas tindakan terhadap oknum suporter yang berulah dan bertindak anarkis, baik sebelum, selama, maupun sesudah pertandingan.

Pemicunya adalah ketika terjadi dua tragedi yang sangat mencoreng persepakbolaan Inggris, yang dikenal dengan Tragedi Heysel (29 Mei 1985)dan Tragedi Hillsborough (15 April 1989). Pada kedua tragedi itu, puluhan orang tewas dan ratusan orang mengalami luka-luka akibat perilaku anarkis para Hooligans.

Hukuman yang diberikan pun sangat tegas, mulai dari larangan tampil di kompetisi Eropa selama lima tahun penuh bagi semua klub asal Inggris, larangan seseorang menonton sepak bola di stadion, hukuman bagi suporter yang melempar barang ke lapangan, memasuki lapangan, atau menyanyikan nyanyian (bertindak) rasial, hingga penahaman paspor selama berlangsungnya kejuaraan tertentu, supaya oknum suporter yang gemar berulah, tak bisa bepergian ke luar negeri untuk mendukung timnya atau negaranya. Untuk sanksi yang terakhir dipicu oleh aksi anarkis Hooligans di Piala Eropa 2000 lalu, ketika mereka berulah di Charleroi, Belgia, sebelum dan sesudah laga Inggris melawan Jerman.

Bagi para suporter di Premier League yang gemar berulah, sanksi berupa larangan menonton langsung ke stadion, juga dicabutnya kartu anggota klub dan tiket musiman, hingga ditangkap oleh polisi, menjadi ancaman yang cukup menggentarkan bagi para Hooligansatau suporter lain pada umumnya. (4)

Menantikan Ketegasan serta Langkah Pembenahan dari PSSI

Ketegasan dalam menanggapi aksi anarkis para suporter dari PSSI tentu sangat dinanti-nantikan oleh para pecinta sepak bola, juga masyarakat pada umumnya. Jangan ragu untuk menghukum berupa denda maksimal, larangan bertanding selama 5-10 laga tanpa penonton (jangan tanpa atribut saja!), dan (yang paling dinanti-nantikan selama ini) hukuman tegas kepada oknum suporter yang bertindak anarkis. Mungkin bisa berupa larangan memasuki stadion selama beberapa waktu, hingga hukuman pidana, jika memang terkait ranah hukum pidana.  

Langkah pembenahan pun sangat ditunggu oleh masyarakat dan  pecinta sepak bola di seluruh Tanah Air. Ini waktunya pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah daerah serius untuk membenahi kualitas dan fasilitas stadion, yang nantinya dapat memudahkan proses investigasi seandainya ada kerusuhan, kericuhan, atau ada oknum suporter berulah dan masuk ke lapangan saat pertandingan berlangsung. 

Diskusi super serius juga rasanya sudah mendesak untuk dilakukan antara Menpora, PSSI, pengelola kompetisi, dan aparat keamanan, membicarakan bagaimana langkah terbaik untuk mengamankan pertandingan sepak bola dengan lebih bersahabat, sehingga kelak penonton perempuan dan anak-anak pun dapat dengan nyaman menyaksikan pertandingan. 

Usulan saya, akan bagus jika semua pihak terkait mulai memikirkan program selama 10-20 ke depan untuk membuat semua stadion menggunakan kursi, seperti yang sering kita lihat di stadion saat siaran langsung sepak bola Eropa, dimulai dari para semua klub peserta Liga 1. Jangan lagi ada tiket berdiri atau tiket rombongan, seperti yang selama ini masih terlihat di banyak stadion. 

Selanjutnya, untuk memudahkan proses identifikasi penonton, sebaiknya mulai dilakukan upaya pendataan untuk setiap  orang yang menonton langsung (misalkan dengan pemeriksaan KTP) atau pencantuman nama di setiap tiket), dengan kebijakan satu orang satu tiket, dengan nomor kursi yang jelas (seperti tiket kereta api atau pesawat terbang). Kalau hal itu sudah dilakukan, saya pun mungkin akan memikirkan ulang kebijakan pribadi untuk tak menonton laga sepak bola secara langsung di stadion---karena punya trauma tersendiri semasa kompetisi Galatama masih bergulir dekade 90-an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun