Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sepak Bola: Antirasisme, Sportif, "Fair Play", dan Manusiawi

28 Agustus 2017   22:25 Diperbarui: 29 Agustus 2017   16:25 5563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satria Tama sedang dihibur oleh pemain dan ofisial Malaysia (RAKYATKU SPORTS)

Perlakuan manusiawi yang tak bisa dipungkiri atau dibantah. Beberapa pemain Malaysia dan ofisial tim sepertinya mengerti benar bahwa pemain Indonesia sedang butuh dihibur saat itu juga, bukan nanti ketika para pemain sudah bertemu pasangan (istri) masing-masing. Menurut saya, momen yang berhasil dibidik oleh kamera wartawan pada laga semifinal Sea Games 2017 pantas diabadikan dan dikenang dalam waktu yang cukup lama.

****

Olahraga seharusnya mengusung spirit seperti saya paparkan di atas. Silakan bila ada yang menambahkan. Apa yang terlihat pada laga Malaysia U-22 melawan Indonesia U-22 dapat menjadi pelajaran yang sangat bagus dan dapat ditularkan ke setiap tim nasional di Asia Tenggara, bahkan bisa "ditularkan" ke kompetisi lokal masing-masing negara. Hal ini akan berdampak sangat bagus bagi masa depan sepak bola di Asia Tenggara nantinya. 

Kita pun berharap nantinya setiap orang yang terpanggil membela tim nasional akan menyadari bahwa kehadiran mereka di lapangan, disaksikan ratusan ribu hingga jutaan pasang mata, juga menyadari bahwa mereka sedang memberi contoh bagaimana pemain sepak bola profesional bersikap. Apalagi, di antara para penonton itu tak sedikit yang masih anak-anak atau remaja. Mereka biasanya akan dengan mudah meniru apa yang mereka lihat secara langsung atau dari siaran televisi.

Persaingan boleh terjadi, permainan boleh berlangsung sengit, tetapi aspek sportivitas, fairplay, dan manusiawi jangan sampai hilang. Gembira karena memperoleh kemenangan silakan dilakukan, asalkan tak berlebihan, apalagi sampai menghina pemain dari tim yang dikalahkan. Memprotes keputusan wasit pun sah-sah saja dilakukan, selama tidak sampai menyentuh, mendorong, memukul, atau memaki-maki wasit dengan sebutan yang tak pantas. Mendukung tim kesayangan dengan fanatik boleh, tetapi jangan kotori pertandingan dengan perilaku yang tak terpuji atau menyakiti orang lain. Kondisi yang sampai minggu lalu masih terjadi di kompetisi lokal kita ketika dalam pertandingan Liga 2, ada lemparan batu ke dalam lapangan.

Memang, kita jarang mendengar ada kasus rasisme di sepak bola dalam negeri. Namun, kasus kekerasan (keras dalam permainan maupun keras dalam arti kontak fisik) rasanya tak terhitung jumlahnya sejak kompetisi (yang katanya) profesional dimulai di negeri ini. Sosok wasit juga tak luput dari keganasan sebagai aksi protes dari para pemain, ofisial, dan pendukung, hingga tak sedikit yang babak belur karena dikeroyok. Sungguh tak manusiawi! Oleh karenanya, tak heran jika kemudian ada guyonan bernada satire, bahwa menjadi wasit di Indonesia harus bisa berlari cepat dan jago bela diri! 

Akhirnya, mari berharap agar tidak hanya rasisme yang ditendang keluar dari pentas sepak bola nasional, tetapi juga disertai semangat dan komitmen untuk mewujudkan sportivitas, fairplay, dan sisi manusiawi dalam persepakbolaan nasional. Jika ada Kompasianer yang "kebetulan" masih aktif dalam sepak bola profesional, saya harapkan 4 hal ini (tidak bersikap rasis, sportif, fairplay, dan manusiawi) di atas dapat Anda junjung tinggi selama Anda masih aktif bermain!

Salam olahraga.

-wsp-

 (*) Sumber:https://www.fourfourtwo.com/id/features/10-momen-rasisme-terparah-di-sepakbola

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun