“ Coba kasih ke anak itu, dia belum makan dari kemarin, perutnya lapar!”
Gadis kecil berkuncir dua itu langsung merengut, tidak mengerti mengapa ia harus mengorbankan uang sakunya yang hanya ia dapatkan sekali-sekali. Mengapa daddynya tidak memakai uangnya sendiri saja?
Namun ia mengerti, karena daddynya kerap mengajarkan untuk mematuhi perintah orang tua. Walau dengan perasaan kesal dan tidak ikhlas si gadis kecil terpaksa memberikan uang sakunya kepada anak kecil yang sama sekali tidak dikenalnya itu.
Cerita di atas adalah suatu kejadian kecil yang tidak terlupakan. Ya, gadis kecil berkuncir dua itu adalah saya ketika berumur sekitar 9 tahun.
“Berbagi kebaikan itu tidak harus berupa uang dan kebaikan itu bagai sebuah lingkaran, jika titik kebaikan itu dimulai darimu, percayalah satu saat nanti titik itu akan kembali kepadamu!” Begitu kata beliau yang akan selalu saya ingat hingga kini.
Tahun ini ulang tahun saya bertepatan dengan 15 tahun berpulangnya sosok yang dulu saya panggil daddy itu. Saya ingin merayakannya dengan istimewa. Ingin beliau diatas sana bangga bahwa saya mengamalkan ajaran-ajarannya.
Saya yakin Tuhan mendengarkan keinginan saya, karena jalan untuk mewujudkan hal ini berjalan dengan lancar meski dalam kurung waktu yang boleh dibilang sangat mendadak.
Siapa nyana kalau suatu hari tiba-tiba penulis Ropingi mengajak saya untuk bergabung di komunitas WA Group Kompasianer Penulis Berbalas, yang isinya penulis-penulis Kompasiana mulai dari yang amatir hingga senior.
Dan obrolan enteng dengan penulis Anies Hidayati tentang keinginan untuk mengadakan lomba kebaikan lewat tulisan di acara ulang tahun saya disambutnya dengan segala kerendahan hati, bahkan rela meluangkan waktunya cuma-cuma untuk kelancaran acara ini.
Penulis Zaldy Chan, yang tidak hentinya memberi masukan untuk kelancaran acara.
Elang Salamina, tanpa ragu membantu membuatkan flyer cantik, walau sempat diubah beberapa kali, tidak sedikitpun komplain keluar darinya.