Menurut World Health Organization atau WHO, sampah adalah barang yang dihasilkan dari kegiatan manusia dan sudah tidak digunakan lagi untuk dipakai ataupun memang ingin dibuang.Â
Dewasa ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang menyumbang sampah terbesar ke-dua di dunia menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021.Â
Hal ini memperlihatkan masyarakat Indonesia terus membuang dan "memproduksi" sampah setiap hari sehingga sampah menjadi menumpuk. Â
Hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran diri dan tanggung jawab masyarakat, padahal jika diperkirakan sampah di Indonesia bisa mencapai 185 ton setiap hari.Â
Angka 185 ton sampah tersebut terdiri dari 60 persen sampah organik, 14 persen sampah plastik, 69 persen sampah akhir buangan, dan 17 persen sampah kosmetik dan perawatan kulit.Â
Artinya sampah bisa dikurangi untuk bagian sampah plastik sebesar 17 persen, dan 60 persen sampah organik bisa didaur ulang. Hal itu menjadi fenomena yang luar biasa sehingga tidak heran jika di daerah Bantar Gebang menjadi "gunung sampah".
Terkait dengan gerakan pengurangan sampah, kita bisa melakukan hal-hal sederhana. Kita bisa memulai dengan mengurangi sampah anorganik atau meniadakan buangan sampah organik dengan mengurangi penggunaan plastik dan mengganti alternatif konsumsi.Â
Hal ini bisa kita sebut Gerakan Nol Sampah . Gerakan Nol Sampah secara sederhana adalah gaya hidup untuk mengolah sampah yang kita hasilkan agar tidak berkelanjutan.
Gerakan nol sampah sudah mulai populer saat ini, ada banyak hal sederhana yang bisa diterapkan dalam gaya hidup nol sampah.Â
Menghindari sampah plastik atau mengurangi tas belanja kertas apapun bahannya. Penerapannya akan sedikit rumit karena faktanya pasti setiap hari bisa mengumpulkan 3-4 tas belanja.Â