Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Stasiun Karet Bakal Disuntik Mati, Pengguna KRL Bereaksi

4 Januari 2025   10:25 Diperbarui: 4 Januari 2025   15:13 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KA Bandara melintas di Stasiun Karet (Foto: Kompas.com/Gary Andrew Lotulung)

Kabar mengejutkan di awal tahun 2025 bagi pengguna KRL Commuter Line Jabodetabek. Muncul berbagai pemberitaan tentang penutupan Stasiun Karet dan memindahkan layanannya ke Stasiun BNI City.

Rencana tersebut masih dalam proses pengkajian dengan berbagai pertimbangan antara lain agar layanan kereta Bandara dari Stasiun BNI City lebih efisien. Perjalanan KA Bandara dari Stasiun BNI City ke Bandara Soetta yang semula ditempuh 50 menit bisa menjadi kurang dari 40 menit jika Stasiun Karet berhenti beroperasi.

Pertimbangan lainnya adalah soal keselamatan penumpang, karena Stasiun Karet tergolong stasiun sempit dan pintu keluar utama sangat dekat dengan perlintasan kereta sebidang yang kerap menyebabkan kemacetan.

Jarak antar tiga stasiun yaitu Stasiun Sudirman, Stasiun BNI City, dan Stasiun Karet memang sangat berdekatan. Hanya 350 meter jarak antara Stasiun BNI City dengan Stasiun Karet.

Situasi di depan pintu utama Stasiun Karet (sumber gambar: Google Street View)
Situasi di depan pintu utama Stasiun Karet (sumber gambar: Google Street View)

Memang secara jarak sangat dekat sekali antara ketiga stasiun dan terasa kurang efektif. Baru ngegas, keretanya harus ngerem lagi untuk berhenti.

Hadirnya Stasiun BNI City sejak akhir 2017 seolah menjadi "orang ketiga" di antara Stasiun Sudirman dengan Stasiun Karet. Awalnya hanya difungsikan sebagai stasiun khusus kereta Bandara, Stasiun BNI City "ngelunjak" dan ikut difungsikan melayani KRL Commuter Line sejak pertengahan tahun 2022.

Kini, dengan gencarnya pemberitaan bahwa Stasiun Karet bakal dihapus, artinya stasiun tua tersebut bakal tinggal sejarah dan Stasiun BNI City yang lebih "muda dan kinclong" bakal bahu-membahu dengan Stasiun Sudirman untuk melayani penumpang KRL Commuter Line.

Suasana di peron Stasiun BNI City yang cukup luas (foto: widikurniawan)
Suasana di peron Stasiun BNI City yang cukup luas (foto: widikurniawan)

Tentu rencana ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat pengguna Commuter Line, khususnya yang tiap hari menggunakan Stasiun Karet untuk berhenti dan berangkat naik KRL.

"Yah jangan dong, ojol saya ke kantor lebih murah dari Karet daripada BNI City atau Sudirman," ujar seorang kawan mengomentari rencana tersebut.

Kawan tersebut berkantor di kawasan Kuningan dan dia naik KRL tiap hari dari Rawa Buntu, transit di Tanah Abang dan turun di Karet untuk selanjutnya naik ojek online ke kawasan Kuningan.

Alasan ekonomis dan efektivitas jarak menjadi pertimbangan utama bagi pengguna layanan Stasiun Karet. Terlepas sebagai biang macet di depan stasiun, penumpang yang turun di stasiun ini memang dimudahkan untuk mencari ojek online tanpa harus jalan kaki lebih jauh lagi. 

Tentu saja bagi mereka yang bekerja di seputaran Karet-Kuningan bakal menjadi pihak paling "berkorban" andai rencana penutupan Stasiun Karet benar-benar direalisasikan. 

Tak semudah itu mengakses ojek online dari Stasiun Sudirman maupun Stasiun BNI City, karena bakal melewati jalur yang lebih memutar bagi yang ingin ngojol ke kawasan Karet-Kuningan yang tentu memakan ongkos lebih mahal dan waktu yang lebih lama. 

Selain itu, Stasiun Karet juga dikenal sebagai stasiun paling dekat dengan pusat perbelanjaan Thamrin City. Mereka yang ingin berbelanja ke Thamrin City lebih memilih turun dan naik KRL di Stasiun Karet daripada stasiun lainnya, termasuk Stasiun Tanah Abang sekalipun. 

Melihat reaksi yang lebih dominan menyayangkan rencana penutupan Stasiun Karet, sebaiknya memang perlu kajian lebih lanjut sebelum rencana penutupan stasiun benar-benar final. Pembuat kebijakan harus lebih banyak mendengar pengguna layanan di Stasiun Karet, bukan sekedar perencanaan tanpa memperhitungkan dampaknya. 

Ada banyak kekhawatiran lainnya, termasuk soal apakah Stasiun BNI City mampu menggantikan peran Stasiun Karet. Apakah justru tidak memindahkan titik kemacetan baru di luar stasiun? 

Jika ditilik soal kapasitas stasiun dan fasilitas jelas BNI City lebih unggul, tapi dari segi konektivitas dengan transportasi yang "sat-set" seperti ojek online, mikrotrans, dan taksi, jelas Stasiun Karet lebih unggul dan terbukti diandalkan oleh penumpang setianya. 

Jangan bilang Stasiun BNI City unggul karena terkoneksi dengan transjakarta, MRT, KA Bandara dan LRT. Itu kejauhan bro... Penumpang Stasiun Karet umumnya butuh transportasi lanjutan jarak dekat yang fleksibel seperti ojek online dan mikrotrans.

So, andai benar-benar ditutup, seharusnya dipikirkan juga tentang akses transportasi pengumpan jarak dekat. Perlu juga dibuat beberapa akses jalan baru agar Stasiun BNI City lebih mudah diakses, khususnya dari sisi barat dan sisi selatan stasiun. 

KA Bandara di Stasiun BNI City (foto: widikurniawan)
KA Bandara di Stasiun BNI City (foto: widikurniawan)

Sisi selatan Stasiun BNI City adalah Kali Ciliwung, dan selama ini orang-orang yang bekerja dan beraktivitas di gedung-gedung di seberang kali hanya bisa menatap Stasiun BNI City tapi tidak bisa dengan mudah mengaksesnya karena harus berjalan memutar ke Jalan Sudirman terlebih dahulu. 

Andai di atas kali dibangun semacam jembatan penghubung yang langsung mengarah ke pintu masuk Stasiun BNI City, tentu setidaknya ada tambahan akses bagi pengguna layanan KRL dan KA Bandara. 

Beberapa bulan lalu, salah seorang rekan kerja saya terpaksa membatalkan rencana untuk ke Bandara Soetta naik KA Bandara, padahal saat itu kami sedang berkegiatan di salah satu gedung di sisi selatan seberang Stasiun BNI CIty. Gara-gara terpisah kali Ciliwung dan tidak ada akses jalan kaki ke Stasiun BNI City dari situ, terpaksalah lagi-lagi taksi menjadi andalan untuk menuju Bandara Soetta.

Ya, harus diakui lokasi Stasiun BNI City masih agak rumit dan terlalu eksklusif bagi orang-orang yang beraktifitas di sekitar wilayah itu. Meskipun berada di kawasan Dukuh Atas yang terintegrasi berbagai moda transportasi massal, tapi akses bagi pejalan kaki, naik ojek, taksi dan angkot justru terbatas.

So, sebaiknya memang rencana suntik mati Stasiun Karet perlu dipertimbangkan lebih matang lagi. Juga sebaiknya tidak ada statement pemangku kebijakan yang menimbulkan sakit hati semacam kata-kata "kalau mau ke Karet tinggal jalan kaki saja."

Kata-kata itu pasti bakal berbalik lagi dengan reaksi berupa sindiran semacam "kalau kerja nggak pernah jalan kaki dan naik kereta, nggak usah ngatur-ngatur orang lain jalan kaki."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun