Namun, bagi saya mungkin hanya mih kocok Mang Dadeng yang menampilkan identitas khas Bandung yang kental di Jalan Braga dibandingkan sajian kuliner lainnya.
Ya, barangkali dibandingkan saat terakhir kali berkunjung ke kawasan Braga beberapa tahun silam, saat ini Jalan Braga lebih terasa makin "turis-able".
Orang-orang yang lalu lalang di sepanjang Jalan Braga, terlihat mencolok sebagai para pelancong dari luar daerah, bahkan saya menjumpai orang-orang dari negara jiran yang penasaran menikmati Jalan Braga.
Mungkin hanya bapak-bapak Satpol PP yang berjaga di banyak titik sepanjang Jalan Braga yang saat itu saya yakini sebagai warga lokal, bukan pendatang.
Mereka berjaga dan memastikan agar tidak ada pengamen dan PKL hadir di jalan itu.
Ah, padahal seingat saya dulu, di Jalan Braga itu muncul jajanan jalanan yang dijual  mamang-mamang PKL, dan itu bagi saya lebih terasa Bandung dibandingkan jajanan di balik etalase toko dan kafe.
Jalan Braga di penghujung tahun 2024 ini memang lebih rapi, tertata, bebas dari pengamen dan PKL, serta bebas dari kendaraan bermotor ketika akhir pekan. Mungkin, Jalan Braga sudah terlalu "turis" bagi saya yang levelnya hanya mamang-mamang gerobakan.
Sebagai kawasan yang memang didesain untuk menjaring sebanyak-banyaknya wisatawan, barangkali wajah Jalan Braga terkini memang sudah paling ideal. Banyaknya photo booth adalah bukti bahwa profil wisatawan yang datang memang haus untuk berfoto.