Ya, terlepas dari sisi negatif yang muncul, ada pula sisi positif dari kedatangan Speed ke Indonesia. Seorang Speed rupanya juga memiliki sisi humanis yang patut diapresiasi, ambil contoh ketika ia membeli tisu dari seorang ibu di pinggir jalan dan memberikan uang 300 ribu kepada ibu tersebut.
Speed juga terbuka terhadap berbagai pemberian para fansnya. Ia menerima baju batik, yang kian menegaskan dan menjadi klarifikasi bahwa batik memang berasal dari Indonesia. Hal ini meredakan tensi tinggi pada saat kunjungannya ke Malaysia ketika ia diberi tahu bahwa batik berasal dari Malaysia.
Salut bagi tim yang bekerja di balik kedatangan Speed ke Indonesia. Hadirnya Speed setidaknya bisa dimanfaatkan sebagai promosi bagi dunia wisata dan budaya Indonesia ke dunia internasional.
Ya, suka tidak suka, Speed adalah influencer kelas global yang punya kapasitas untuk itu. Segala tindak tanduknya, meskipun kadang konyol dan terlihat tidak memiliki sisi edukasi, ternyata bisa memberikan dampak yang luas.
Saat diberi makan nasi padang, Speed mengaku suka, dan ia juga berkesempatan menjajal kopi luwak di Bali dan jamu beras kencur di Yogyakarta.
Speed rela diajak blusukan ke tempat-tempat wisata terkenal seperti Malioboro di Yogyakarta, Monkey Forest di Bali, atau di Kota Tua di Jakarta.
Ia pun dengan sadar mau mengenakan jersey Timnas sepakbola Indonesia hingga mengenakan baju adat Jawa saat di Yogyakarta.
Saat streaming di Jakarta di hari pertama, jumlah penonton terbanyak bahkan menyentuh 1 juta orang, yang konon menjadi rekor tersendiri melebihi jumlah penonton langsung saat Speed bertemu Cristiano Ronaldo.
Sampai tulisan ini dibuat, video streaming pertamanya di Jakarta telah menyentuh 22 juta views, video di Bali meraup penonton 13 juta, dan di Yogyakarta sudah ditonton sebanyak 9,7 juta views.
Menjadi pantas rasanya ketika Speed mengatakan bahwa Indonesia menjadi negara terbaik yang pernah ia kunjungi.