Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Ikan adalah Mangut

21 Juli 2024   13:19 Diperbarui: 21 Juli 2024   14:09 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apapun temannya, mangut ikan lauk utamanya (foto: widikurniawan)

Alunan musik berbahasa Jawa terdengar syahdu ketika saya memasuki bangunan tua berbentuk joglo itu. Hawa sejuk terasa menyeruak siang itu, karena di sekeliling bangunan berbentuk joglo itu terdapat pepohonan besar.

Ah, apakah seperti ini yang dinamakan hidden gem?

Saya langsung menuju meja dengan deretan makanan yang tersaji secara prasmanan. Ada sop, sayur lodeh, ayam kalasan, sayur tahu lombok ijo, dan yang paling menggugah selera saya saat itu adalah mangut ikan.

"Mangut ikan apa ini Mas?" tanya saya.

"Oh, ini ikan manyung Mase..." jawab si Mas karyawan rumah makan itu.

Logatnya kental Jawa Tengahan, sejenak membuat saya lupa bahwa saya masih berada di wilayah Cibinong, Kabupaten Bogor. Ya, Rumah Makan "Inspirasi" yang tak jauh dari Jalan Pemda Cibinong itu memang khusus menyajikan makanan rumahan khas Jawa Tengah yang tiap hari menunya berganti.

Saya harus memastikan jenis ikan yang setengah tenggelam di kuah santan itu. Karena memang banyak sekali jenis ikan yang bisa dimasak sebagai olahan mangut. 

Bahkan sekitar sebulan sebelumnya, di tempat yang sama, ikan mangut yang disajikan di rumah makan ini jenisnya ikan pari asap atau orang Jawa menyebutnya dengan istilah Iwak Pe.

Sajian prasmanan masakan rumahan (foto: widikurniawan)
Sajian prasmanan masakan rumahan (foto: widikurniawan)

Bagi orang asli Jawa Tengah dan DIY, bisa dikatakan bila mangut identik dengan ikan, dan ikan adalah mangut. Ikan kalau sudah dimasak mangut, ibaratnya berada di "another level". Apalagi dimakan untuk menemani nasi putih hangat. Beuh, kata "maknyuss" mungkin terasa kurang.

Konon mangut sendiri sudah dikenal selama berabad-abad dan menjadi bagian sejarah peradaban di Jawa. Mangut bahkan tercatat dalam buku Serat Centhini karya RMA Sumahatmaka yang digubah pada 1742 tahun Jawa (1814 Masehi).

Selain ikan manyung dan ikan pe, jenis ikan lain yang biasa diolah mangut antara lain ikan lele, patin, gurame, cakalang atau tongkol, hingga ikan beong.

Beong? Apa pula beong?

Ikan beong termasuk jenis ikan endemik yang hanya dapat ditemukan di sungai. Bentuknya menyerupai ikan lele, tetapi dengan ukurannya lebih besar dan memiliki daging yang cukup tebal dan banyak di bagian kepala.

Karena ukurannya yang besar itu pula, beong lebih cocok jika dimasak mangut. Berbeda dengan lele biasa yang cukup digoreng biasa saja sudah nikmat.

Mangut beong ini cukup populer di daerah Kabupaten Magelang karena ikan beong bisa ditemukan di Sungai Progo yang mengalir melewati daerah Magelang. Tak heran jika banyak rumah makan, terutama di sekitar Kecamatan Borobudur, menyajikan kuliner mangut beong sebagai sajian utama.

Apapun temannya, mangut ikan lauk utamanya (foto: widikurniawan)
Apapun temannya, mangut ikan lauk utamanya (foto: widikurniawan)

Meski sama-sama mangut, antara satu daerah dengan daerah lainnya memang terdapat kekhasan tersendiri. Di daerah Bantul, DIY, misalnya, lebih mengenal mangut lele. Bahkan pecinta kuliner barangkali sudah pernah mendengar atau mencoba rumah makan mangut lele Mbah Marto yang legendaris.

Namun, secara garis besar, walaupun ikannya beda-beda, kuah mangut ikan rasanya berada di perpaduan gurih dan pedas. Lebih nikmat lagi jika muncul aroma asap alias smokey, hasil dari cara masak yang menggunakan tungku kayu bakar atau arang.

Oleh karena itulah, bagi saya, mangut dari dapur modern yang menggunakan kompor gas rasanya kurang nendang. Apalagi nasinya juga dari hasil memasak menggunakan rice cooker listrik. Ah, kurang ndeso bagi saya.

Maka bersyukur banget rasanya ketika masih ada rumah makan atau resto yang menyajikan mangut dengan konsep jadul bahkan open kitchen. Serasa nostalgia kembali ke rumah eyang, makan siang dengan mangut ikan ditemani teh panas wangi kental.

Level kenikmatannya terindikasi saat kita berkeringat dan kadang jadi seperti orang pilek ketika rasa gurih pedasnya mangut sudah merasuk. Hmm, nikmatnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun