Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Merancang Study Tour yang Transparan Tanpa Terbebani Biaya

16 Mei 2024   21:15 Diperbarui: 17 Mei 2024   08:20 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan study tour menyambangi petani garam di Indramayu (foto: dok.pribadi)

Ada dua macam study tour atau outing, merujuk istilah di SD anak saya. Pertama outing kecil, yaitu study tour  yang dilakukan tiap tahun dengan tujuan tidak terlalu jauh. Misal, ke museum di kota sebelah, atau ke tempat untuk edukasi alam seperti di perkebunan atau perbukitan.

Jenis kedua adalah outing besar yang dilakukan pada menjelang akhir masa sekolah ke lokasi yang terbilang lebih jauh. Sejak awal pihak sekolah pun sudah menentukan tujuan outing besar, yaitu Taman Nasional Ujung Kulon di Banten atau Taman Nasional Way Kambas di Lampung.

Pembiayaan memang menjadi satu hal yang krusial dan sensitif. Maka dari itu sejak awal masuk sekolah para siswa dan orangtua sudah diberikan pemahaman bahwa untuk membiayai kegiatan outing, sekolah akan mendorong berbagai kegiatan kewirausahaan sebagai salah satu bentuk penggalangan dana outing.

Berjualan untuk menggalang dana (foto: widikurniawan)
Berjualan untuk menggalang dana (foto: widikurniawan)

Misal kegiatan market day secara berkala. Dilakukan di halaman sekolah, dan tidak hanya menyasar para orangtua, melainkan juga warga sekitar yang tinggal di dekat sekolah. Dari jualan makanan hingga pakaian dan barang bekas layak pakai bisa dijual dan hasilnya ditabung untuk biaya outing. Pernah pula selain di area sekolah, mereka berjualan di area pasar kaget yang lazim digelar tiap minggu pagi.

Anak-anak pun bisa belajar secara langsung sebuah kegiatan ekonomi yang biasanya diajarkan teorinya saja.

Bagi yang tidak memiliki modal atau barang untuk dijual, bisa saja mereka menawarkan jasa. Misal, pernah di satu momen market day, anak-anak sekolah itu membuka layanan cuci motor.

Memang tidak sebersih jika mencuci di steam motor, tapi setidaknya ada usaha dan mereka bisa belajar banyak. Bagi orang dewasa yang merelakan sepeda motornya dicuci pun merasa senang bisa berbagi.

Ada pula sesi ketika menyambut outing besar anak-anak itu melakukan presentasi penggalangan dana dengan sistem sponsorship ke perusahaan atau pengusaha. Anak-anak belajar membuat proposal sederhana dan melakukan presentasi di depan orang lain. Hasilnya? Bisa oke, bisa pula ditolak, dan itu jadi hal biasa saja.

Jika beruntung, ada pengusaha yang berbaik hati menawarkan sekian nominal. Tentu ada imbal balik, misal pencantuman logo usahanya di spanduk kegiatan, kaos seragam, hingga di unggahan media sosial milik sekolah.

Lalu bagaimana peran orangtua dalam kegiatan penggalangan dana atau fund rising untuk biaya study tour itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun