Masih banyak warga Kabupaten Bogor yang bahkan tidak tahu dan belum pernah mengunjungi alun-alun Cibinong sebagai penanda ibu kota. Wajar sih, alun-alun di Cibinong baru dibangun dan dibuka kurang lebih 2 tahun terakhir.
Termasuk saya, yang sebelumnya memang belum pernah ke sana, dan harus pakai Google Maps plus nanya-nanya orang untuk menuju ke sana. Padahal jarak dari rumah kurang dari 30 menit.Â
Terletak di Kelurahan Cirimekar, Kecamatan Cibinong, alhasil alun-alun ini lebih populer disebut alun-alun Cirimekar. Secara letak memang dikelilingi oleh beberapa kantor instansi pemerintahan seperti kantor Kecamatan Cibinong, Puskesmas, KUA, Kelurahan, hingga bangunan Sekolah Dasar, tetapi dari jalan raya alun-alun ini tidak terlihat secara mencolok karena sebagian besar masih dikelilingi oleh papan dan seng penutup.
Namun begitu masuk lewat gerbang yang melewati deretan para pedagang kaki lima (PKL), terlihat area parkir kendaraan yang cukup luas serta ruang terbuka hijau (RTH) di pinggir Situ Citatah yang didesain secara apik.
Alun-alun ini memiliki lapangan rumput yang dikelilingi oleh lintasan atletik berbentuk oval. Pengunjung diperkenankan jogging di lintasan tersebut.
Sedangkan di area tepi alun-alun terdapat taman, area bermain anak-anak, peralatan fitnes, panggung, hingga bangku-bangku taman untuk sekedar duduk menyendiri atau bercengkerama dengan keluarga maupun teman dekat.
RTH ini terbilang keren dan asri, dengan pepohonan rindang di beberapa titik serta pemandangan ke arah danau atau Situ Citatah. Sebagai RTH, tempat ini bisa menjadi destinasi wisata keluarga yang murah meriah dan bahkan gratis, kecuali hanya perlu keluar ongkos parkir dan jajan seperlunya.
Menurut informasi dari salah seorang pengunjung, alun-alun Cirimekar ramai dikunjungi warga di saat akhir pekan, terutama Sabtu pagi dan Minggu pagi. Saya saat itu memang datang di hari Minggu, tapi siang menjelang sore.
Pengunjung di siang hari memang relatif sepi, tapi di kala musim hujan yang kerap mendung, suasana saat itu masih terbilang nyaman, terutama ketika duduk-duduk di bawah pepohonan.
Alun-alun Cirimekar memang dibuat sebagai RTH dan ruang publik yang diperuntukkan bagi masyarakat segala kalangan. Hanya saja, soal kedisiplinan pengunjung membuang sampah patut menjadi perhatian. Sampah adalah soal klasik.
Saya yang datang di saat sepi, mendapati jejak-jejak ketidakdisiplinan dalam membuang sampah meskipun di berbagai titik sudah disediakan tempat sampah. Saya yakin petugas kebersihan telah bekerja semaksimal mungkin dan luar biasa hebat, buktinya kantong-kantong besar berisi sampah tinggal menunggu diangkut ke pembuangan akhir.
Masalahnya, setelah itu masih muncul lagi sampah-sampah yang berceceran. Bisa jadi itu ulah segelintir pengunjung yang datang setelah petugas kebersihan selesai bekerja di pagi hari.
Umumnya berupa sampah bekas kemasan makanan dan minuman. Mereka jajan di PKL yang memang disediakan tempat mangkal di luar RTH. Ketika selesai makan atau minum sambil duduk-duduk, bukannya dibuang di tempat sampah tetapi justru ditinggal begitu saja di tempat duduk mereka.
Memang soal kedisiplinan dan kesadaran soal sampah seharusnya sudah mendarah daging di masing-masing orang. Tapi kenyataan berkata lain. Petugas kebersihan di RTH ini seolah bergelut melawan kesadaran warga soal sampah.
Bahkan tak jarang muncul pemandangan ketika orang tua tampak cuek dan membiarkan ketika anaknya membuang sampah begitu saja. Ironisnya orangtua tersebut, yang menunggui anaknya bermain, hanya reaktif ketika si anak berisiko jatuh atau berebutan dengan anak lainnya.Â
Padahal semestinya orangtua mendidik anak sejak dini soal tanggung jawab dan kesadaran dalam membuang sampah.
Sangat disayangkan jika kelak RTH seperti ini berujung kotor dan kumuh karena kelakuan pengunjung sendiri. Peran petugas kebersihan tentunya terbatas dan tidak bisa menegur satu per satu pengunjung yang sembarangan soal sampah.Â
Namun kalau tidak ada ketegasan, tipikal sebagian masyarakat kita masih suka abai. Apa perlu solusi berupa pemberlakuan tilang dan denda bagi pengunjung yang buang sampah sembarangan? Ya kali saja ketika ada sanksi tegas jadi muncul kesadaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H