Namun, menjadikan mereka feeder di saat angkot dan minibus belum maksimal perlu perhatian khusus terhadap efek produksi polusi yang dihasilkan. Mengganti kendaraan ojek ke listrik bisa jadi solusi.
Memang penyedia jasa aplikasi ojol sudah memfasilitasi keberadaan ojol listrik, tapi rupanya masih terbatas juga. Andai 80 persen saja ojol di Jakarta menggunaan sepeda motor listrik, mungkin polusi bisa ditekan.
Semalam, saya kebetulan pulang larut malam dari tempat kerja dan terpaksa naik ojol ke stasiun KRL Duren Kalibata. Kebetulan pula dapat ojol dengan sepeda motor listrik.
Kata abang ojol itu, sepeda motor listriknya setiap hari digeber dari pagi hingga malam dan sejauh ini cukup tangguh dan lebih hemat daripada motor BBM.
"Palingan tiap empat jam sekali ganti baterai, yang habis dicas dulu, gitu aja sih," ujarnya.
Sebagai penumpang, saya pun cukup terkesima dengan performa ojol listrik itu. Mesinnya halus minim getaran, nyalip truk pun dijabani dengan lancar.
Saya membayangkan andai ada kebijakan wajib listrik bagi sepeda motor ojol. Dibarengi wajib listrik bagi kendaraan dinas instansi pemerintah. Lalu kian diperbanyak unit TransJakarta listrik yang mengaspal di Jakarta. Tentu polusi tak akan separah ini.
Namun, yang terpenting masalah transportasi harus dibenahi segera. Penyediaan feeder yang nyaman dan murah sangat dinanti masyarakat.Â
Salah satu cara untuk menarik minat para pengguna kendaraan pribadi untuk beralih ke transportasi massal, mutlak dibutuhkan penyediaan feeder-feeder berupa angkot modern, minibus, dan penambahan rute-rute TransJakarta yang menjangkau stasiun-stasiun kereta, MRT, dan LRT.