Harus diakui bahwa selama ini penumpang sudah terlanjur nyaman dengan kereta buatan Jepang walaupun bekas. Walaupun berbeda-beda tipe dan tahun pembuatannya, KRL yang saat ini dipakai di Indonesia terbukti masih terbaik untuk membawa jutaan orang pulang pergi tiap hari.
Memang seiring usia, sudah ada beberapa kereta yang penyakitan. Misalnya suara mendengung keras di gerbong yang berasal dari mesin AC. Juga tak jarang AC-nya mati dan kurang dingin. Penyakit lainnya seperti suara speaker yang kresek-kresek dan menjadikan suara announcer dalam kereta tidak terdengar jelas.
Namun secara umum KRL bekas Jepang yang saat ini masih digunakan terbilang masih layak pakai, utamanya untuk mengangkut penumpang dengan tingkat kepadatan yang luar biasa.
KRL yang paling menjadi favorit bagi penumpang serta penggemar KRL adalah seri JR-205 dengan wajah yang dikenal dengan istilah "Marchen Face".
Kereta ini datang ke Indonesia sejak 2019 dan menjadi yang terbaru di antara jenis kereta lainnya. Mesinnya masih terasa halus ketika melaju. Juga interior dalam kabin seperti besi pegangan yang kokoh dan bangku yang masih empuk.
Itulah hebatnya kereta bekas Jepang, meskipun di negara asalnya sudah pensiun tetapi masih bisa melayani kebutuhan di Indonesia.
Bagaimana dengan kereta bikinan INKA?
Sejauh ini KRL buatan anak bangsa itu pernah melayani rute Jabodetabek dengan terbatas medio 2013 silam. Tetapi kereta ini dinilai kalah bersaing dengan buatan Jepang. Saya ingat betul bagaimana kecewanya penumpang jika mendapati kereta ini datang menjemput.
Saat itu kereta ini kerap mengalami masalah seperti mogok, sehingga berangsur-angsur turun pangkat jadi sekedar kereta feeder dan selanjutnya sama sekali menghilang dari jalur Jabodetabek untuk kembali ke INKA untuk penyempurnaan.