Lah, ternyata anak-anak Bu Dokter juga kena.
Ketika menyambangi tempat-tempat umum, seperti minimarket, pemandangan saat anak-anak terlihat batuk dan pilek, seolah makin banyak belakangan ini. Sayangnya ketika anak-anak mengalami gejala batuk dan pilek, justru orangtuanya masih memperbolehkan mereka pergi ke manapun. Faktor inilah yang bisa bikin penularan kian cepat.
Cuaca yang tak menentu belakangan ini, terutama hujan yang kerap mengguyur di kala jam anak sekolah pulang, disinyalir juga ikut memiliki andil besar dalam merebaknya virus penyebab flu.
Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun demikian. Hampir separuh jumlah orang di tempat kerja saya juga bergantian keok dihantam batuk dan pilek.
"Kalau tiga hari belum sembuh juga, silakan antigen," ini sabda Dokter di klinik tempat kerja kami.
Bikin horor, padahal seharusnya kita sudah mulai melupakan pandemi Covid-19.
Untungnya saya sendiri hanya tiga hari merasa meriang dan radang. Setelah itu dan sampai hari ini sudah merasa fit lagi.
Eh, nggak tahunya, ketika kami sekeluarga sudah mulai sehat kembali, ternyata tetangga di sekitar ikut-ikutan sakit dengan gejala sama. Suara batuk pun terdengar bersahutan.
Ketika mendengar berita-berita soal penyetopan obat sirup, rasa was-was pastinya berkecamuk. Soalnya, ketika kami sekeluarga sakit, sebelum ke dokter, kami sempat mengonsumsi obat sirup yang dijual di apotek. Demikian juga ketika obat dari Dokter habis dan selang dua hari kemudian kambuh, obat sirup buat anak sempat dikonsumsi untuk penanganan cepat.
Pencegahan dari rumah
Kini di tengah heboh soal obat sirup dan ancaman penyakit misterius, sebaiknya masyarakat melakukan tindakan pencegahan dari rumah. Lebih baik mencegah daripada mengobati kan?