Karena berhasil naik kereta api eksekutif dengan ongkos cuma 6.000 rupiah, besoknya saya sengaja mengulangi perbuatan saya. Kali ini saya beli tiket Pramex dari Stasiun Tugu dan sengaja melewatkan keberangkatan Pramex sore itu.
Sesaat kemudian, ketika kereta api Argo Dwipangga datang dan menurunkan penumpang, saya kembali menyelinap masuk ke dalam.
Namun, kali ini rupanya hari sial saya. Sekira 10 menit kereta berjalan, petugas pun datang menghampiri dan menanyakan tiket saya.
Saya mencoba berdalih ketinggalan Pramex sembari menunjukkan tiketnya. Tetapi petugas justru mengancam saya untuk membayar dua kali lipat harga tiket Argo Dwipangga.
"Hah, Pak, please Pak, beneran saya ketinggalan Pramex dan karena buru-buru jadi naik ini. Saya nggak punya uang segitu Pak, adanya tinggal 25 ribu," ujar saya mencoba memelas.
"Ya, udah sini, nggak papa," lho... ternyata uang 25 ribu saya diambil juga.
Kali ini saya turun di Stasiun Balapan dengan muka memelas dan malu.
Terus terang kejadian itu memang membekas, kadang geli sendiri, tapi malu juga. Dasar kelakuan anak kos. Sangat tidak patut ditiru oleh siapapun.
--
Kini, Stasiun Solo Balapan telah jauh berbeda dengan keberadaan KRL Jogja-Solo dan juga kereta bandara. Saat libur lebaran kemarin, saya mencoba naik KRL dari Jogja ke Solo dan selanjutnya naik Argo Dwipangga untuk balik ke Jakarta (kali ini bayar lho...).