4. Durasi waktu perjalanan penumpang menjadi bertambah
Siapa yang tak senang ketika pergi maupun pulang bekerja bisa ditempuh dengan waktu sesingkat mungkin. Tapi setelah perubahan pola perjalanan di Stasiun Manggarai, penumpang dari arah Bogor harus merelakan durasi waktu perjalanan bertambah lama.
Keharusan transit dan menunggu kereta lanjutan setidaknya akan memakan waktu lebih lama. Saya sendiri yang semula paling cepat 1,5 jam dari rumah ke tempat kerja, kini bisa 2 jam atau lebih menuju tempat kerja.
5. Rentan stres dan memicu pertengkaran
Pagi hari di jam sibuk adalah waktu yang teramat krusial. Semua orang yang berangkat bekerja merasa harus buru-buru sampai ke tujuan dan berharap tidak terlambat.
Sayangnya ketika harus transit di Stasiun Manggarai yang dipenuhi banyak orang dengan tujuan sama, maka yang ada hanyalah resiko adu fisik dan adu mulut. Saling dorong, tak sengaja terinjak, dan bahkan rasa kesal dengan petugas yang salah mengarahkan, bisa sewaktu-waktu terjadi.
Kekesalan bisa pula berlanjut ke media sosial ketika perubahan pola perjalanan di Stasiun Manggarai menjadi ajang saling debat dan bertikai secara daring.
Apakah kondisi seperti ini ideal untuk memulai pekerjaan? Apakah kekesalan dan kelelahan yang dibawa pulang ke rumah pada malam hari juga berdampak pada kehangatan keluarga di rumah?
"Ah, jangan lebay, terlalu jauh itu mikirnya," mungkin kalimat mengelak seperti inilah yang bakal terlontar dari mulut si pencetus kebijakan. Mungkin lho ya, soalnya bapak-bapak dan ibu-ibu itu tidak pernah merasakan langsung bagaimana bete dan lelahnya mengejar KRL di pagi hari nan sibuk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H