Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bisa Apa Spanyol Tanpa Pemain Real Madrid?

5 Juni 2021   22:00 Diperbarui: 5 Juni 2021   22:04 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Thiago Alcantara, jadi tumpuan harapan Spanyol di Euro 2020 (sumber foto: newsbit.us/AP)

Sorotan tajam mengarah ke Luis Enrique, nahkoda Timnas Spanyol jelang gelaran Euro 2020. Bisa-bisanya ia tak membawa satu pun punggawa dari klub elite Real Madrid. Tega pula ia menepikan seorang Sergio Ramos, bek kawakan yang dari perawakannya saja sudah bisa bikin lawan dilanda gelisah di lapangan.

Tak hanya Ramos, pemain Madrid seperti Marco Asensio, Lucas Vazquez, dan Nacho Fernandez, juga tak dilirik oleh Enrique. Dilirik saja tidak, apalagi dipanggil?

Spanyol terkini bukanlah Spanyol yang dulu dipenuhi oleh sekumpulan pemain yang dijuluki sebagai generasi emas. Masanya Iniesta, Xavi, hingga Iker Cassilas, sudah lewat dimakan sejarah.

Enrique yang identik dengan Barcelona, dianggap menepikan pemain Real Madrid karena sentimen pribadi. Tuduhan yang jelas-jelas dibantah oleh Enrique, tapi jelas bakal mengganggu langkah Spanyol di Euro 2020.

Laga pemanasan jelang Euro 2020 melawan Portugal di Estadio Wanda Metropolitano, Jumat, 4/6 kemarin, menjadi gambaran jelas betapa Spanyol terlihat sedikit nervous meladeni perlawanan sang juara bertahan.

Skor akhir memang 0-0, dan ball possession unggul sebesar 66% berbanding 34%. Tapi beberapa momen di lapangan menunjukkan bahwa Spanyol masih butuh naluri membunuh dan menghilangkan kegugupan di lini belakang.

Alvaro Morata sang terhujat

Memasuki menit 90, Morata lolos dari jebakan offside, ia berlari ke arah gawang Portugal meninggalkan barisan bek lawan yang kepayahan mengejar.

Tembak! Duarr! Bola ditendang Morata melewati kiper tapi justru keras menghajar tiang gawang. Kemenangan pun urung diraih La Furia Roja. Sorot kamera kemudian mengarah ke reaksi suporter tuan rumah yang tampak memegangi kepala hingga ngomel-ngomel sendiri.

Pemain yang dirental Juventus itu benar-benar tidak klinis, meskipun rambutnya selalu klimis. Peluang itu juga kesekian kalinya yang dibuang Morata dan kawan-kawan.

Usai pertandingan, suporter Spanyol pun menjadikan Morata sebagai target hujatan di dunia maya, selain juga Enrique pastinya. Bisa jadi, fans memang kadung kecewa dengan kepemimpinan Luis Enrique, termasuk karena keputusan kontroversialnya menepikan para pemain Real Madrid.

Situasi ini jelas tidak menguntungkan. Bagaimanapun dukungan suporter patut diraih jelang turnamen sebesar Euro 2020.

Morata sendiri jadi pemain depan paling punya nama di antara striker lainnya. Tombak muda milik Manchester City, Ferran Torres yang juga diturunkan bareng Pablo Sarabia saat melawan Portugal, masih mejan menghadapi barisan belakang Portugal yang dipimpin veteran eks Real Madrid, Pepe.

Lalu apa yang bisa diperbuat Spanyol dengan reputasi para pemain depannya yang masih belum teruji di turnamen besar?

Mungkin sosok Gerard Moreno, top scorer juara Liga Europa Villareal, bisa jadi senjata rahasia pasukan Luis Enrique. Musim ini ia sudah mengemas 23 gol di ajang La Liga. Sebuah angka fantastis yang bakal membuatnya jadi incaran banyak klub besar di Eropa.

Generasi baru barisan belakang

Sepeninggal Sergio Ramos, kini barisan belakang Spanyol mengandalkan duet baru Aymeric Laporte dan Pau Torres. Keduanya main bareng saat melawan Cristiano Ronaldo cs kemarin.

Menariknya lagi, ini adalah debut Laporte berseragam La Furia Roja. Status kewarganegaraan Spanyol Laporte masih terasa hangat karena baru bulan lalu ia berpindah kewarganegaraan dari Perancis.

Duetnya bersama Pau Torres terbilang cukup solid meredam pemain sekaliber Cristiano Ronaldo dan Diogo Jota. Palang pintu lainnya seperti Diego Llorente dan Eric Garcia, juga dianggap Luis Enrique sudah mumpuni untuk mengarungi Euro 2020.

Tapi kipernya bagaimana?

Melawan Portugal, Enrique mempercayakan Unai Simon untuk berdiri di bawah mistar gawang. Kiper Athletic Bilbao itu membuat David de Gea cuma duduk-duduk saja di bangku cadangan.

Namun, walau mencatatkan clean sheet, penampilannya masih bikin sport jantung suporter Spanyol. Ada setidaknya dua momen saat Simon hampir blunder. Di babak pertama ketika sapuannya malah berbalik mengarah gawang karena membentur Ronaldo, dan di babak kedua ketiko kontrol bolanya di depan gawang hampir diserobot pemain lawan.

Jika Simon memang pilihan pertama Enrique, maka dalam sisa waktu ini ia harus menyiapkan mental menjadi jauh lebih baik. Turnamen antarnegara jelas beda dengan La Liga. Atmosfernya lain, dan bisa bikin kiper muda sepertinya demam panggung.

Sementara jika David de Gea yang jadi kiper utama, jelas ia harus mengembalikan performanya yang naik turun gara-gara di Manchester United jatah mainnya sering ditikung Dean Henderson. Problem kiper ini jelas harus menjadi perhatian Enrique.

Menjajaki peluang Spanyol di Euro 2020

Masih ada satu lagi jadwal pemanasan jelang Euro 2020, yakni melawan Lithuania. Laga tersebut penting artinya sebagai modal memasuki turnamen. Penting dalam arti sebagai mood booster pemain yang diragukan kapasitasnya. Penting pula untuk meraih dukungan mutlak dari suporter.

Di grup E, Spanyol jelas diunggulkan bakal melewati Polandia, Swedia dan Slovakia. Mungkin hanya Polandia yang dianggap sebagai ancaman utama dengan keberadaan mesin gol Robert Lewansdowski. Sementara Swedia tanpa Ibrahimovic, dan Slovakia, hanya berpotensi sebagai kuda hitam saja.

Lalu apakah Spanyol bakal melenggang mulus hingga final? Jawabannya tergantung hasil penyisihan grup.

Jika mereka melaju mulus tanpa terkalahkan di fase grup dengan penampilan ciamik, bukan tidak mungkin peluang hingga ke final bakal bisa diraih.

Soal mental pemain adalah hal utama yang mesti digenjot Spanyol karena mereka minim pengalaman di sektor belakang dan depan. Lini tengah Spanyol yang dihuni pemain senior macam Sergio Busquets dan Thiago Alcantara, diharapkan mampu menularkan mentalitas pemenang kepada pemain-pemain muda.

Juga faktor nonteknis dari luar yang harus dihadapi. Sejauh ini Enrique sudah bertindak tepat dengan pasang badan saat anak asuhnya kena badai kritik. Pastinya ia tidak ingin kehilangan kursi pelatih terlalu dini usai Euro 2020. Ia pun punya tantangan untuk membuktikan diri segala keputusannya terkait pemilihan pemain adalah tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun