Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kenali "Jebakan" Saat Belanja Online di Marketplace

26 Mei 2021   10:37 Diperbarui: 27 Mei 2021   03:00 2261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belanja online (sumber foto: Pexels.com/PhotoMIX Company)

Boleh dibilang marketplace adalah tempat paling aman dan nyaman untuk berbelanja online saat ini. Alasannya, marketplace di Indonesia macam Tokopedia, Shopee, Lazada, Bukalapak, JD.id, Blibli dan lain-lain sudah memiliki sistem yang diyakini sudah sesuai dengan kebutuhan konsumen dan penjual.

Misalnya mengenai pembayaran. Baik sistem pembayaran nontunai maupun COD selalu melewati rekening milik marketplace, sehingga jika ada komplain atau sengketa yang merugikan konsumen, dana tersebut masih bisa dikembalikan lagi.

Namun, meskipun banyak hal positif saat berbelanja melalui marketplace, bukan berarti marketplace juga bersih dari "jebakan" atau kecurangan yang dilakukan oleh para seller atau penjualnya.

Marketplace ini jika di dunia offline adalah semacam mal yang terdiri dari banyak toko. Maka tak mengherankan jika ada segelintir toko yang disinyalir melakukan trik terhadap pelanggan untuk mencari keuntungan.

Beberapa jenis "jebakan" di marketplace ini memang hampir tak terlihat dan dirasakan konsumen. Tapi bagi pembeli yang teliti dan sudah familiar menjelajahi toko-toko di marketplace, hal-hal semacam ini bisa saja merugikan.

Nah, seperti apa saja "jebakan" yang kerap muncul saat berbelanja online di marketplace? Berikut ini beberapa yang saya rangkum berdasarkan pengalaman sendiri.

Promo Harga Coret atau Flash Sale

Untuk menarik minat pembeli, di halaman depan aplikasi beberapa marketplace kerap ditampilkan deretan produk yang sedang promo dengan harga yang (katanya) murah. 

Promo ini biasanya berbatas waktu hanya beberapa jam saja dalam satu hari sehingga membuat konsumen merasa tertarik dan bergegas memasukkan keranjang belanjaan. Istilah kerennya flash sale.

Namun apakah benar produk tersebut benar-benar lebih murah harganya? Bisa jadi memang banyak toko yang benar dan jujur memberikan promo. Tetapi kita harus lebih cermat lagi karena bisa saja ada oknum toko yang sedang mempermainkan pembeli.

Misalnya di situ ditampilkan produk merek A tipe 1 dengan nominal harga semula Rp 400.000 yang dicoret jadi begini Rp400.000 lalu di bawahnya ditampilkan harga saat ini hanya Rp 99.000. Siapa yang nggak tertarik sih?

Masalahnya pernah suatu waktu saya melakukan pengecekan untuk membandingkan harga dengan merek dan tipe yang sama di toko lain. 

Eh, lha kok produk merek A tipe 1 di toko lain yang sedang tidak melakukan promo diskon harga normalnya berkisar Rp 90.000 hingga Rp 100.000.

Memang tidak semua toko melakukan "jebakan" dengan gaya mark up harga lalu dicoret seolah-olah diskon gede. Tapi alangkah baiknya jika pembeli lebih berhati-hati lagi sebelum membeli barang diskonan.

Harga Dinaikkan Setelah Pembeli Bertanya Stok

Kebiasaan calon pembeli online adalah menanyakan ketersediaan stok barang melalui kolom chat atau fitur diskusi.

"Ready gan?", kalimat ini merupakan kalimat andalan bak template di dunia belanja online.

Jika dijawab "ready", maka biasanya si pembeli akan segera melakukan proses "klik" untuk proses lebih lanjut sampai dengan pembayaran.

Namun sebaiknya kita teliti kembali produk tersebut. Saya pernah mengalami kondisi saat harga tiba-tiba berubah naik lebih mahal setelah saya bertanya ketersediaan stok di hari sebelumnya.

Jadi di hari Senin saya menanyakan ketersediaan stok barang yang harganya masih di angka Rp 100.000, tetapi saat penjual merespon sehari kemudian, secara diam-diam harganya sudah naik jadi Rp 125.000.

Jeda sehari inilah yang dimanfaatkan oleh penjual nakal untuk menaikkan harga. Siapa tahu saja pembeli macam saya tidak ngeh dan kurang fokus sehingga main klik dan bayar begitu saja.

Barang KW Dibilang Original

Hati-hati membeli barang bermerk terkenal, terutama barang fashion dan elektronik. Sebabnya karena masih banyak barang palsu yang beredar bebas di beberapa marketplace.

Sebelum membeli biasakan membaca dengan seksama spesifikasi barang dan deskripsi barang yang ditulis oleh toko. Jangan lupa juga membaca ulasan pembeli lainnya serta rating yang diberikan.

Pernah suatu ketika saya menemukan pertanyaan dari calon pembeli lainnya tentang keaslian sebuah barang elektronik.

"Ini ori kah?", tanya si pembeli.

"Sesuai deskripsi produk ya Kak," jawab si penjual.

Nah, berdasarkan jawaban itu sebenarnya kita bisa menyimpulkan bahwa produk tersebut memang meragukan keasliannya. 

Si penjual tidak menjawab gamblang "iya" atau "tidak" tentang status keaslian barang.

Pada saat saya membaca deskripsi produk tersebut, yang tertulis pun hanya kalimat "produk kualitas original".

Memahami kalimat itu jelas bisa multitfsir, tapi jika ditelaah lebih lanjut sepertinya si penjual sengaja menggunakan kalimat itu agar pembeli yang tidak teliti menganggapnya sebagai barang original. Padahal sebenarnya yang dimaksud adalah "produk tersebut berkualitas mirip original".

Nah, bingung kan?

Trade In, tapi Bohong

Memang ada sebuah marketplace yang menyedikan fitur khusus di aplikasinya untuk mengakomodir tukar tambah. Fitur ini disediakan untuk penjualan barang elektronik, khususnya smartphone. 

Fitur ini bisa berfungsi ngecek fungsi tombol-tombol smartphone lama yang ingin kita tukar. Misal tombol volume, kamera dan keypad, yang jika masih berfungsi baik akan menentukan harga jual smartphone lama kita yang akan ditukar tambah.

Tapi ada juga nih toko jualan kasur springbed pakai embel-embel "trade in" atau tukar tambah. Dia enggak pakai fitur-fituran untuk menaksir harga kasur lama kita. Tapi di keterangan produknya mereka bilang menerima apapun merk dan kondisi kasur lama milik konsumen untuk di-trade in dengan kasur baru.

Mekanismenya si pembeli tinggal memilih jenis kasur spring bed baru di toko tersebut dengan harga yang sudah ditentukan. 

Setelah deal dan proses, maka toko akan mengirimkan barang melalui kurir khusus. Begitu kasurnya nyampai, si kurir bakalan membawa kasur lama kita.

Lucunya, di kolom testimoni produk ada beberapa konsumen yang mengaku bahwa si kurir enggan membawa kasur lama milik pembeli. Mungkin karena dinilai sudah tidak layak jual atau layak pakai lagi.

Lha ini gimana katanya "trade in"? Ternyata kasur lama nggak diambil pun nggak ngefek bagi toko tersebut.

Jadi kesimpulannya embel-embel "trade in" hanya iming-iming memanfaatkan problem konsumen yang biasanya bingung mau membuang kasur lama miliknya.

Padahal tanpa mekanisme "trade in" pun harganya bakal tetap segitu juga. Jadi kasur lama diambil kurir toko pun tidak akan mengurangi harga kasur baru. Ada-ada saja kreativitas toko online beginian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun