Saya ingat betul waktu masih SD dulu pernah dikasih sebuah kaos dengan gambar ilustrasi sepeda dan tulisan DJARUM. Saya senang sekali memakai kaos itu, terasa keren dipakai, selain karena saya sudah tahu bahwa Djarum adalah perusahaan yang terkenal.Â
Meskipun saat dipakai kedodoran karena memang ukuran orang dewasa, kaos itu adalah  favorit saya dan masih saya ingat hingga kini.
Beranjak ke SMP, saya benar-benar dapat hadiah sepeda gunung merah dengan tulisan DJARUM. Hadiah itu saya dapat karena menang door prize di event fun bike yang disponsori oleh DJARUM. Keren banget sepedanya, bangga pakainya karena tidak semua orang punya sepeda dengan custom sponsor seperti ini.
Tapi hal-hal itu tidak membuat saya menjadi perokok hingga saat ini. Ya, bahkan fakta bahwa saya besar dan tumbuh di daerah Temanggung yang sangat mengagung-agungkan tembakau sebagai komoditas ekonomi paling populer. Saya sangat akrab dengan nama-nama merk rokok, sejak kecil.Â
Faktanya menjadi bukan perokok di negeri tembakau bukanlah suatu aib. Biasa saja. Merokok atau tidak merokok adalah sebuah pilihan, dan tiap hari ketemu rokok dan perokok juga tak serta merta menjadikan seseorang jadi perokok.
Meski tidak pula jadi atlet, sejak kecil saya juga gemar membaca halaman olahraga di koran. Makanya saya juga paham jika PB Djarum Kudus adalah salah satu klub bulutangkis elite Indonesia, bahkan dunia yang melahirkan banyak atlet top kelas dunia.Â
Jika di sepakbola saya adalah fans klub Liverpool, di dunia bulutangkis PB Djarum adalah jagoan saya. Maka tiap kali ada turnamen bulutangkis antarklub, saya selalu mendukung PB Djarum.
Saya tahu sejak kecil bahwa Djarum identik dengan rokok. Tapi seiring waktu, saya makin paham jika Djarum tak melulu rokok dan  terlalu besar jasanya di dunia olahraga Indonesia, khususnya bulutangkis.Â
Adakah perusahaan swasta atau malah BUMN dengan reputasi hebat di bidang olahraga selain Djarum? Saya rasa kok gak ada yang pengabdiannya selevel Djarum.
Jika KPAI keukeuh menuduh bahwa Djarum telah mengeksploitasi anak dengan audisi bulutangkisnya, saya khawatir jika ternyata selama ini para komisioner KPAI memakai kacamata kuda.Â
Mungkin mereka pintar karena terlalu banyak membaca teori di buku-buku tebal sehingga pasti menyimpulkan jika seorang atau banyak anak memakai kaos berlogo Djarum, kelak bakal jadi perokok atau minimal jadi penjual rokok. Jelas beda level dong dengan saya yang dari kecil cuma hobi baca berita olahraga.