“Silakan pilih-pilih Pak, Bu...” ujar saya.
Dan malam itu, sepuluh menit terasa bak sepuluh tahun. Malam yang penuh kepura-puraan bagi saya. Pura-pura senyum manis, padahal nahan mules. Pura-pura nelpon di pojokan dekat semak-semak, padahal cari angin segar. Pura-pura beli permen di warung kecil, padahal numpang sendawa doang. Paling ekstrem, saya pura-pura jadi pohon saat ditawari makan durian. Tepatnya pohon durian, saya pun buang angin biar aromanya mirip, so masak durian makan durian? #ea.
“Sudah Pak Bu? Kita lanjut jalan?” tanya saya.
Namanya juga tamu, diajak gitu sama guide-nya pasti nurut. Saya tinggal bayari mereka dan selesai penderitaan (iya, kayak hidup lo, gue bayarin, kelar deh penderitaan lo... #eh).
“Lho Mas, kamu nggak ikutan makan durian?” tanya mereka.
“Engg, anu, engg... saya mah kalau malam nggak biasa makan banyak, tadi kan sudah makan di restoran, hehe...” dan untungnya saya ini banyak ngelesnya.
“Oh, kirain nggak doyan durian. Ada lho teman saya nggak doyan durian, kitanya jadi susah gitu kalau jalan-jalan, nggak asyik banget ada orang macam itu...”
Eng, ing, eng... nyinyir is in the house brow...
Ya begitulah, lebih baik diam dan senyum saja. Percuma menjelaskan tentang bagaimana busuknya durian bagi sebagian kecil orang-orang tertentu di negeri ini. Percuma saya bilang kalau kebanyakan durian mereka bakal mabok. Percuma pula menjelaskan fakta bahwa durianlah buah paling terkenal yang kerap kena larangan dibawa di kereta, masuk ke hotel dan kabin pesawat. Percuma juga memaparkan fakta bahwa orang-orang bule tuh kebanyakan jijik sama durian, seperti kamu jijik sama mantan yang sering banget bohong (ciee...).
“Tapi kamu kan bukan bule, hahaha... ngimpi...” kata mereka.
Ah, biarlah, yang jelas semakin bertambah usia (ehem...) saya merasa diri saya semakin toleran. Saking tolerannya, bahkan saya pernah terlibat dalam sebuah pelanggaran peraturan gara-gara durian. Saya pernah membantu memasukkan durian ke dalam ruangan hotel demi agar rekan-rekan kerja saya bisa makan durian setelah seharian penuh berkutat dengan urusan pekerjaan.