Dion memang mantan aktivis pers mahasiswa di kampusnya dulu di Solo. Setelah lulus, Dion sebenarnya bercita-cita untuk menjadi wartawan di media nasional di Jakarta. Namun, bukan karena Dion tidak mampu bersaing untuk menembus media-media dengan reputasi hebat, jika ia kini terdampar di sebuah tabloid yang segmennya menengah ke bawah. Lebih sering dibaca di pinggir-pinggir jalan ketimbang di loby-loby hotel berbintang.
Dion telah banyak mengalami penolakan pahit di saat-saat akhir ketika melamar pekerjaan di perusahaan media ternama. Dion pernah dianggap terlalu ndeso untuk bekerja di Jakarta yang butuh pengenalan medan di atas rata-rata. Dion pun pernah ditolak saat wawancara di sebuah tabloid olahraga saat ia ditanya apakah dia hapal nomor punggung John Terry di Chelsea. Dion yang penggemar sepakbola sebenarnya tahu kalau John Terry memakai nomor 26 di klub Chelsea. Tapi entah setan mana yang membuatnya keseleo lidah menjawab 36 sambil matanya salah tingkah menatap ibu Kepala HRD yang berpakaian agak seksi.
Jika kini Dion menjadi awak sebuah tabloid gosip, Dion menganggap sebagai batu loncatan sebelum bisa menembus media dengan reputasi bagus. Walau sebenarnya Dion sendiri ragu apakah tabloid murahan ini bisa mengangkat kariernya atau malah menjerumuskannya.
“Aih, emak bangga kamu bisa foto bareng SMASH, Dion…” itulah ucapan emaknya di Temanggung yang dikirimi foto ukuran 5R saat Dion sempat berpose usai mewawancarai boyband SMASH bulan lalu. Kini kata emaknya, foto itu telah dipigura dan nongkrong dengan manisnya di warung soto ayam milik bapak Dion. Buat penglaris katanya.
Paling tidak, bagi Dion, pekerjaannya saat ini bisa sedikit membanggakan bagi orang tuanya dan lumayan bisa menghidupinya sehari-hari, tidak lagi disubsidi dari kampung.
-----00-----
“Gimana hasilnya?” sebuah SMS datang dari Bang Dhani.
“Beres Bang, berita hot, Bread Pig bakal main sama Jupe,” jawab Dion.
“Oke, besok lu harus wawancara Jupe,” perintah Bang Dhani.
“Oke bos”
-----00-----