Mohon tunggu...
Widia Winata Putri
Widia Winata Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWI UNIVERSITAS MERCU BUANA | PRODI SI AKUNTANSI | NIM 43223010201

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi dan Kode Etik UMB. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kemampuan Memimpin Diri dan Upaya Pencegahan Korupsi dan Etik Keteladanan Mahatma Gandhi

22 Desember 2024   13:57 Diperbarui: 22 Desember 2024   13:57 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gandhi sangat menekankan bahwa kekuasaan yang tidak adil harus dilawan, tetapi perlawanan itu harus dilakukan dengan cara yang bermartabat dan tanpa kekerasan. Berikut adalah penjelasan dari lima poin yang diajukan terkait dengan melawan kekuasaan yang tidak adil menurut Gandhi:

1. Ada Dua Pilihan: Ketundukan atau Perlawanan

  • Ketundukan terhadap kekuasaan yang tidak adil berarti menerima keadaan dengan pasrah, yang sering kali membuat individu atau kelompok terjebak dalam ketidakadilan tanpa berusaha mengubahnya. Ketundukan bisa terjadi karena rasa takut, ketidakberdayaan, atau ketidaktahuan.
  • Perlawanan, di sisi lain, adalah usaha untuk melawan ketidakadilan dan memperjuangkan hak dan martabat manusia. Namun, Gandhi menekankan bahwa perlawanan terhadap kekuasaan yang tidak adil harus dilakukan dengan cara yang damai dan tanpa kekerasan, yaitu dengan Ahimsa (tanpa kekerasan).

2. Kedua Kondisi Ini Ciptakan "Dehumanisasi" atau Pelanggaran HAM/Martabat Manusia

  • Ketundukan dapat mengarah pada dehumanisasi, yaitu keadaan di mana individu atau kelompok diperlakukan tidak lebih dari objek atau alat, tanpa memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan mereka. Ini adalah bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM) dan martabat individu.
  • Perlawanan yang dilakukan dengan cara kekerasan bisa juga berakibat pada dehumanisasi, karena pelaku kekerasan mungkin akan menganggap lawan mereka sebagai musuh yang harus dihancurkan, bukannya sebagai sesama manusia yang harus dihormati. Kekerasan bisa menciptakan siklus pembalasan yang tidak ada habisnya, mengorbankan martabat manusia.

3. Keterdukukan Mengakibatkan Hilangnya Potensi Pengembangan SDM yang Bebas dan Merdeka

  • Ketika individu atau kelompok tunduk pada kekuasaan yang tidak adil, mereka kehilangan kebebasan untuk berkembang secara maksimal. Ketundukan ini menghalangi mereka untuk mengembangkan potensi diri dan mencapainya dengan cara yang sehat dan merdeka. Ini mengarah pada keterbelakangan, ketidakmerdekaan, dan hilangnya kesempatan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
  • Dalam kondisi ini, pengembangan sumber daya manusia (SDM) terhambat karena individu merasa tidak memiliki kontrol atas hidup mereka, dan mereka dipaksa untuk hidup dalam kondisi yang mengabaikan hak-hak dasar mereka.

4. Perlawanan dengan Kekerasan Berakibat Balas Dendam dan Kebencian Tanpa Akhir

  • Perlawanan dengan kekerasan terhadap kekuasaan yang tidak adil sering kali menghasilkan balas dendam dan kebencian. Jika perlawanan dilakukan dengan kekerasan, itu dapat menciptakan siklus kebencian yang terus berlanjut. Pihak yang ditindas membalas dengan kekerasan, dan kekerasan itu dipertahankan oleh pihak yang berkuasa untuk mempertahankan kekuasaannya.
  • Akibatnya, konflik tidak berkesudahan, dan tujuan untuk mencapai perdamaian dan keadilan tidak tercapai. Dalam pandangan Gandhi, kekerasan hanya memperburuk keadaan dan tidak menghasilkan solusi yang langgeng.

5. Idealnya adalah "Perlawanan Tanpa Kekerasan"

  • Perlawanan tanpa kekerasan atau Ahimsa adalah cara yang paling ideal menurut Gandhi untuk melawan kekuasaan yang tidak adil. Gandhi menunjukkan bahwa perlawanan yang dilakukan dengan penuh kasih sayang, kedamaian, dan tanpa kekerasan dapat membuka jalan menuju perubahan sosial yang lebih konstruktif dan berdampak jangka panjang.
  • Perlawanan tanpa kekerasan juga menunjukkan kekuatan moral yang lebih besar daripada kekerasan fisik, karena pihak yang melakukan perlawanan dengan cara damai menunjukkan integritas dan prinsip yang lebih tinggi, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi pihak yang berkuasa untuk melihat keadilan dan martabat manusia.

PPT Prof Apollo
PPT Prof Apollo

PPT Prof Apollo
PPT Prof Apollo

Ahimsa, atau tanpa kekerasan, hanya bisa tercapai melalui pemurnian diri, yang dimulai dengan menghilangkan ego dan kesombongan. Gandhi menegaskan bahwa kerendahan hati sangat penting untuk menciptakan kehidupan tanpa kekerasan. Tanpa hati yang baik, cinta kepada Tuhan tidak mungkin berkembang dengan tulus. Ahimsa harus diterapkan dalam semua aspek kehidupan, dan ketika diterapkan dengan benar, ia akan menular dan menciptakan lingkungan yang damai dan harmonis. Gandhi mengajarkan bahwa pemurnian diri adalah kunci untuk mencapai perdamaian sejati.

PPT Prof Apollo
PPT Prof Apollo

Sebagai Kondisi Evolusi Manusia dari Himsa ke Ahimsa:

  • Ahimsa (tanpa kekerasan) dianggap sebagai sebuah kondisi yang menggambarkan evolusi manusia dari sifat Himsa (kekerasan) menuju kehidupan yang lebih damai dan penuh penghormatan terhadap sesama. Dalam konteks ini, sejarah manusia, baik pada masa prasejarah, sejarah, hingga era modern, menunjukkan perjalanan panjang dari kebrutalan dan kekerasan menuju kedamaian.
  • Untuk mencapai kedamaian yang permanen, diperlukan kondisi di mana manusia saling menghormati, hidup rukun, dan menjaga harmoni dalam masyarakat. Ahimsa menjadi prinsip yang mengatur tatanan kehidupan yang tertib (order) dan berkeadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun