Mohon tunggu...
ASSHYFA ZAHRA
ASSHYFA ZAHRA Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

hobbiku menilis, membaca dan traveling....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rindu yang Tak Terbendung

17 Januari 2023   20:21 Diperbarui: 17 Januari 2023   20:44 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di keheningan malam aku terjaga dari tidurku, masih terngiang oleh ku ucapan ibu yang penuh harap, aku tak mampu lagi memicingkan mataku barang sekejap pun sampai alarm yang ku setel dihandphone berbunyi, menandakan bahwa aku harus menyiapkan makan sahur kami.

Aku masih belum menemukan cara untuk menyampaikan bahwa kami tidak bisa lagi pulang untuk kedua kalinya. Sementara ibu dikampung sudah sangat berharap dengan kepulangan kami semua.karena sudah dua kali kami tidak berlebaran bersama ibu dikampung.

Berhubung kami semua kakak Adik bekerja pada instansi pemerintah jadi kami harus patuh kepada aturan yang diterbitkan oleh pemerintah. Hal inilah yang membuat dilema pada kami semua, kami tidak bisa melakukan apapun di luar aturan tersebut.semoga ada keajaiban dan dengan izin Allah semua aturan bisa sedikit longgar, sehingga kami bisa mengobati rindu ibu .

Aku mencoba berdiskusi dengan suamiku tentang mudik ini, dan solusi yang diberikan pun tidak jauh berbeda dengan apa yang aku fikirkan. Menurutnya kami memang belum bisa pulang mudik lebaran ini meskipun ini sudah untuk kedua kalinya, apa boleh buat katanya, kita harus memberitahu ibu tentang kondisi yang sebenarnya. Sehingga ibu bisa mengerti dengan situasi dan kondisi yang sedang di alami oleh kami semua. Ya Allah , sebenarnya aku tak tega menyampaikannya, tapi mau bagaimana lagi, aku harus melakukannya. 

***

Siang itu setelah menunaikan sholat Zuhur , aku mencoba menghubungi ibu dengan handphoneku. Yang mana sebelumnya sudah kususun kata- kata yang tepat untuk menyampaikan perihal ketidak pulangkan kami ini. Aku berada diantara keraguan memberi tahu atau tidak informasi edaran pemerintah tentang larangan mudik. Aku tidak tega melihat ibuku sedih dan kecewa untuk kedua kalinya. Karena ibu sudah sangat berharap untuk berkumpul bersama anak dan cucunya pada lebaran ini. Ya Allah , kuatkanlah aku, sungguh aku tak tega. Berikanlah keajaiban untuk kondisi kami ini.

Kriiing...kringg...kring....

"Assalamualaikum, ibu" sapaku memberi salam ibu

" Waalaikum Salam, nak" jawab ibu diujung sana.

" Apa kabar, ibu" tanyaku lagi

"Alhamdulillah, sehat . Kamu apakabarnya di sana, anak- anakmu gimana, Mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun