Mohon tunggu...
Widhi Setyo Putro
Widhi Setyo Putro Mohon Tunggu... Sejarawan - Arsiparis di Pusat Studi Arsip Statis Kepresidenan ANRI

Menyukai sejarah khususnya yang berhubungan dengan Sukarno “Let us dare to read, think, speak, and write” -John Adams

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Rumah Singgah Sukarno di Padang yang Telah Runtuh

20 Februari 2023   21:56 Diperbarui: 21 Februari 2023   15:27 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi cagar budaya Rumah Ema Idham di Jalan Ahmad Yani, Kota Padang, Sumatera Barat, Agustus 2019 (sumber: tangkapan layar Google Maps). 

"Saja mendapat rumah bagus disini dan banjak kamarnja, tapi saja sendirian sadja. Isteri saja dan anak-anak diungsikan dan tidak ada orang tinggal dengan saja. Bawalah keluarga Bung Karno kesini ........ bawalah kesini dan anggaplah ini rumah Bung sendiri." 

Orang jang baik hati ini dengan kemauannja sendiri pindah dari kamar-tidurnja jang besar didepan disebelah ruang-tarnu, dan mengosongkannja untuk Inggit dan aku.

Membentuk Komando Rakyat

Dalam beberapa artikel disebutkan bahwa di rumah ini Sukarno menghimpun kekuatan untuk melawan penjajahan. Namun, jika kita membaca otobiografinya, Sukarno menghimpun kekuatan organisasi yang ada di Padang untuk sama-sama mejaga ketertiban. berikut penjelasannya:

Disana ada suatu organisasi dagang setempat. Aku menemui ketuanja dan dia berusaha mengumpulkan orang-orangnja. Kemudian aku menjuruh Waworuntu kesatu djurusan dan Riwu kedjur-usan lain untuk mengumpulkan jang lain. Diadakanlah rapat umum dilapangan pasar. Disana aku membentuk Komando Rakjat jang bertugas sebagai pemerintahan sementara dan untuk mendjaga ketertiban. 

Sikap Terhadap Jepang

Ketika tinggal di rumah ini pula muncul diskusi dengan Waworuntu tentang sikap Sukarno kepada Jepang. Pagi harinya, ketika bangun di waktu subuh, Sukarno dan Waworuntu jalan bersama. Di setiap jalanan tentara Jepang disambut dengan sorak-sorai kemenangan. Dalam hal ini Waworuntu bertanya kepada Sukarno mengapa bisa seperti itu? Sukarno menjawab:

"Faktor pertama jang menjebabkan penjambutan jang spontan ini adalah adanja perasaan dendam terhadap tuan-tuan Belanda, jang telah dikalahkan oleh penakluk baru. Kalau engkau membentji seseorang tentu engkau akan mentjintai orang jang mendupaknja keluar. Disamping itu, tuan-tuan kulitputih kita jang sombong dan mahakuat itu bertekuk-lutut setjara tidak bermalu kepada suatu bangsa Asia. Tidak heran, kalau rakjat menjambut Djepang sebagai pembebas mereka."

Mendengar jawaban itu, Waworuntu kemudian bertanya kembali, apakah Sukarno juga akan menyambutnya sebagai pembebas? Sukarno menjawabnya dengan tegas:

"Tidak ! Saja tahu siapa mereka. Saja sudah melihat perbuatan mereka dimasa jang lalu. Saja tahu bahwa mereka orang Fasis. Akan tetapi sajapun tahu, bahwa inilah saat berachirnja Imperialisme Belanda. Pun seperti jang saja ramalkan, kita akan mengalami satu periode pendudukan Djepang, disusul kemudian dengan menjingsingnja fadjar kemerdekaan, dimana kita bebas dari segala dominasi asing untuk selama-lamanja."

Waworuntu kemudian bertanya lagi, apakah Sukarno akan memperalat Jepang? Sukarno menjawab:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun