Mohon tunggu...
Widhi Satya
Widhi Satya Mohon Tunggu... -

[nihil]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lamunan Menunggu : Jalan Raya

20 April 2010   06:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:41 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di depanku, terlihat dua anak kecil bermain gelembung sabun. Seringkali tak kupahami anak kecil dan segala imajinasinya. Bagaimana aku heran, dulu pun aku bersikap serupa. Meniup-niup gelembung sabun? Apa menariknya? Apa manfaatnya?

[caption id="attachment_122666" align="alignright" width="260" caption="Seperti gelembung itu. Muncul, lalu hanya dengan sentuhan kecil, pecah tak berbekas. (sumber gambar : hobbyscience.com)"][/caption]

Ah! Dewasa. Jika menjadi dewasa (baca: tua) berarti harus kehilangan segala imajinasi dan keluguan seorang anak, andai menjadi tua dan 'tahu' bukan kepastian.. Aku ingin selamanya menjadi bocah.

Tak pernah risau masa depan, tak pernah risau segala macam hiruk pikuknya kehidupan. Tak pernah risau akan topeng-topeng senyuman manusia. Tak pernah risau akan kebohongan-kebohongan yang menutupi kebusukan. Tak pernah risau dengan segala macam perhitungan logika dan realita. Tak pernah merisaukan apa saja. Karena kerisauannya, dengan mudah menguap bersama air matanya. Seperti gelembung itu. Muncul, lalu hanya dengan sentuhan kecil, pecah tak berbekas.

***

Tiba-tiba ayah mereka menemani mereka. Bermain gelembung sabun juga. Malah, justru lebih aktif si bapaknya. Bah! Ini yang anak kecil sebenarnya siapa?

Tapi lumayanlah.. 'naluri'nya hanya mendorongnya berebut gelembung sabun, yang takkan merugikan siapa-siapa. Selain anaknya, yang merasa terganggu tetapi senang di saat yang sama.

Lain lagi jika 'naluri berebut'nya, mendorongnya memperebutkan hal-hal yang bukan menjadi haknya. Hal-hal yang dapat men'celaka'i dirinya, maupun siapa saja.

Kau pasti tahu siapa yang kumaksud.

Ingin rasanya melihat mereka tak lagi berebut kekuasaan. Berebut perhatian massa. Yang semuanya berujung pada berebut 'jatah'.

Sudahlah. Kami sudah bosan melihat kalian rebutan itu-itu saja! Sekali-sekali, gantilah acara. Bagaimana jika kutawarkan suatu pengganti yang menarik: berebut gelembung sabun!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun