Mohon tunggu...
wida nafis
wida nafis Mohon Tunggu... -

Manhaj Mutaqoddimun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diskusi Tentang Pemikiran Muhammad 'Abid al-Jabiri dan Ibn Rusyd

7 Juni 2010   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:42 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tapi ternyata tanggapan yang pak Rifa’I berikan hanyalah lontaran klaim asumtif yang tidak menyentuh masalah dan hanya “menyerang” pribadi Ust. Nirwan, tanpa memperhatikan kualifikasi dan background beliau.

2. Baiklah supaya diskusi ini berjalan dengan amanah ilmiah yang baik. Sebagai tanggung jawab atas klaim-klaim anda tentang “Ibn Rusyd” (saya fokuskan ke beliau, karena al-Jabiri juga banyak “terinspirasi” pemikirannya).

Mohon pak Rifa’I paparkan dalam satu atau dua paragraf saja, tentang poin-poin utama pemikiran “Ibn Rusyd” dalam karya-karyanya seperti Tahafut at-Tahafut, Fashlul Maqal maupun Talkhis Ma Ba’da Ath-Thabi’ah-nya..

Ini penting, karena di-awal Pak Rifa’I sangat “menyanjung-nyanjung” Ibn Rusyd. Tentunya sudah sangat familiar dengan pokok pemikiran utamanya. Sebab adalah aneh kan bila mengaku sangat “apresiatif” dengan pemikiran satu sosok tapi gak tau poin utama permasalahannya.

Supaya ringkas, saya minta cukup 2 poin saja review atas turots2 ibn Rusyd diatas :

1. Bagaimana pandangan Ibn Rusyd mengenai konsep metafisis dan Kausalita.

2. Bagaimana pandangan Ibn Rusyd tentang Akal, dalam hal ini posisinya dalam memahami Nash.

Itu saja dulu pak,

Demikian,

# Tanggapan Pak Rifai:

pantas ibu bisa berkata seperti itu ternyata dapat dari insist hehehe  saya masih sama-sama mendalami seperti ibu. tapi sebagai pengetahuan awal masalah filosof yang sangat di gandrungi oleh abid jabiri silahkan lihat disini : http://en.wikipedia.org/wiki/Ibn_Rushd bagaimana orang barat mengagumi ibn rosyd sampai sedemikian detailnya dalam wikipedia itu, bahkan dalam perannya pelopor sekulerisme barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun