Mohon tunggu...
wida nafis
wida nafis Mohon Tunggu... -

Manhaj Mutaqoddimun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Diskusi Tentang Pemikiran Muhammad 'Abid al-Jabiri dan Ibn Rusyd

7 Juni 2010   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:42 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

terus terang saya sedikit tersenyum melihat p. nirwan mengkritik abid jabiri. karena memang sebenarnya sudah jelas filsafat islam maghrib sangtlah mapan dalam 2 aspek, ketuhanan (dalam permbahasan metafisika zat tuhan kaitannya dengan keyakinan akan zat tuhan dan bersyari’at) dan manusia (pembahasan materi, astronomi, dan fisika, psikologi, serta tatanan sosial)

oleh karenanya apa yang mbak katakan “Sayangnya yang dirujuk kebanyakan untuk mendekonstruksi otentitas al-Qur’an ini adalah “mengekor” pada “kacamata” problematika Kitab Suci (Bible) di Barat. Asumsi-asumsi yang dipakainya pun sama. Ini satu kesalahan fatal.” dan kalimat lainnya yang cenderung menganggap kita mengekor barat untuk mematahkan pandangan abid jabiri inkoherensi atau tidak nyambung.

padahal sebenarnya tidak mengekor, orang barat untuk berani berbuat seperti itu bahkan dalam meruntuhkan kediktatoran gereja roma hingga terjadinya renaissance/pencerahan eropa yang berpusat di prancis banyak belajar kepada ibn rusyd dan ibn bajjah. jadi salah kalau bilang kita mengekor orang barat kalo kita kembalikan kepada filsafat, malah mereka yang dibilang mengekor.

saya rasa p. nirwan tidak memahami peta filsafat islam dengan baik sehingga bilang seperti itu. kalau seandainya pak nirwan tau, bagaimana ibn bajjah yang disebut oleh orang barat avempace bisa bersanding dengan galileo, coba cari aja buku “avempace and Galileo” yang banyak dikaji oleh dunia barat. nah disitulah letak kemapanan yang saya maksud dengan filsafat islam dalam aspek kemanusiaan (fisika).

sedangkan aspek ketuhanan, orang barat belajar kepada ibn rusyd (averrose) murid dari ibn tufail sekaligus ibn bajjah, dalam memahami aspek ketuhanannya (metafisika) filsafat aristoteles sebab hanya ibn rosyd yang memahami itu. sehingga orang barat berani melawan pemahaman ortodok rohaniawan gereja roma yang saat itu agama banyak diselewengkan secara semena-mena bahkan seakan-akan agama dibuat tidak selaras dengan sains (sebagaimana di dalam islam juga). makanya ibn rosyd dikafirkan dan diasingkan oleh kholifah Amir Abu Ya‘la Yusuf Ya’qub al-Mansur sebab pemikirannya membahayakan pemerintah yang ketika itu dipegang otoritas agama rohaniawan kalau di islam kholifah.

Nah dalam pengasingan buah pemikiran ibn rosyd terutama masalah aspek ketuhanan (menyelaraskan agama dan saince) banyak dicerna oleh kaum barat, dan sekarang kita sudah dirasakan betapa majunya barat setelah lepas dari kungkungan gereja, sedangkan dalam islam yang mengasingkan dan mengkafirkan ibn rosyd terpuruk disegala bidang.

Oya mbak, ya jelas ga nyambung bila pak nirwan menghakimi filsafat fisika aristoteles untuk mengebiri pandangan filsafatnya ibn rosyd, sebab ibn rosyd memahami ketinggian filsafat metafisikanya aristoteles yang melebihi gurunya yakni plato. kalo pembahasannya fisika coba cek aja filsafatnya ibn bajjah (avempace) yang selalu disandingkan denga galileo oleh orang barat.

saya rasa, kalau tidak membaca buku asli karya-karya para filosof kita tidak bisa memahami dan memetakan konstribusi mereka untuk memajukan peradaban. apalagi yang dibaca cuma abid jabiri dan itupun cuma naqd al-arobinya, sudah berani mengkritisi filosof muslim terkemuka.

# Tanggapan Wida Nafis:

Pak Rifa’I,

1. Terimakasih atas tanggapan baliknya. Saya pikir tanggapan yang diberikan akan sangat komprehensif disertai tinjuan turots2 atas point-point dalam “desertasi” Ust. Nirwan Syarif, Ph.D (direktur eksekutif Insists, http://www.insistnet.com) mengenai konsep “Burhani”nya al-Jabiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun