upacara pengibaran bendera merah putih di SMPN 164, Kompleks Kostrad Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Senin pagi, berlangsungPetugas upacara Senin itu adalah giliran peserta didik kelas 8H. Bertugas sebagai pembawa acara Khairunnisa Zafira Helda Warsito. Pemimpin upacara Devisa Indah Salsabila. Petugas pengibar bendera adalah Annisa Dwi Rahmailla, Agnia Nayala Putri Adiyani, Allysa Nayla Dinillah. Pembaca teks Pembukaan UUD 1945 Syifa Alfadiza. Petugas pembawa teks Pancasila adalah Najwan Rifqi. Pemimpin lagu Moza Ayu Kirana. Pemain keyboard Syafira Ayu Sya'bana. Pembaca doa Fathurrahman Yusuf. Pembaca janji siawa Elvira Fauziah. Pembina upacara adalah Pak Wahid, wali kelas 8H.
Upacara berjalan khidmat dan lancar. Semua anak bertugas dengan baik. Nyaris tanpa kesalahan. Ada hal yang membuat para guru terkesima. Apaan tuh? Yaitu setiap pembawa acara membacakan susunan acara. Suaranya mirip dengan pembawa acara di istana negara. Vokal yang bulat, aksen yang terukur dan suara yang jernih benar-benar memanjakan telinga peserta upacara pagi itu.
"Subhanallah MC nya keren sekali." Kata Bu Ria
"Iya betul Bu." Timpal Bu Elly
"Suatu saat kemungkinan besar dia akan menjadi presenter, pembaca berita atau MC terkenal." Kata Bu Murni
"Semoga Bu. Mari kita doakan."
Guru-guru pun mengangkat tangan, mengaminkan.
"Sebenarnya petugas lainnya juga bagus-bagus, tetapi yang jadi pembawa acara ini, istimewa." Kata kepala sekolah
"Iya Bu." Jawab guru-guru
"Oh iya, mari kita berikan selamat kepada anak-anak dan Pak Wahid." Ajak kepala sekolah
"Selamat ya Pak Wahid, selamat ya anak-anak. Terimakasih kalian sudah bertugas dengan baik." Kata beberapa guru hampir bersamaan.
"Ayo anak-anak kita foto bersama." Ajak Pak Wahid.
"Pak Wid jangan lupa buat artikel dan kirim ke Kompasiana ya." Pinta kepala sekolah
"Hehehe, siap boss, eh Bu."
”Semoga bibit-bibit akan terus bermunculan dan itu tantangan bagi kita sebagai pendidik untuk melatih dan membimbingnya agar bakat mereka tidak sia-sia. Berikan panggung kepada semua anak didik yang memiliki bakat. Gali dan kembangkan semua anak didik yang belum tampak minat dan bakatnya.” Sambung kepala sekolah
Dalam amanatnya pembina upacara menyampaikan tentang pentingnya akhlak. Menurut beliau pada dasarnya akhlak terbagi menjadi 2 bagian, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji disebut akhlak mahmudah sedangkan ahlak tercela disebut juga akhlak mazmumah. Contoh akhlak terpuji kepada Allah adalah dengan menjalankan perintahnya dan meninggalkan larangannya.
Allah telah menciptakan manusia dengan hati nurani, tubuh yang kuat berikut panca indera yang lengkap berbeda dengan mahluk hidup lainnya. Di dalam surah An Nahl ayat 78, Allah berfirman yang artinya, ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui seuatu pun, dan Dia memberi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
Lantas bagaimanakah akhlak kita kepada Allah sebaiknya? Bersikap ikhlas, bersabar, bersyukur, bertawakal, bertaubat, dan takut akan siksaannya.
Ikhlas artinya suci, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Beribadah kepada Allah hendaknya dengan sikap ikhlas. Bersabar artinya dapat menahan diri dari berbagai ujian dan kesulitan dalam mengarungi kehidupan. Bersyukur maksudnya adalah memanfaatkan sebaik-baiknya semua yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Bertawakal artinya senantiasa berusaha semaksimal mungkin seraya berdoa kemudian berserah diri hanya kepada Allah. Berataubat maksudnya adalah menyesali perbuatan buruk yang pernah kita lakukan dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Takut kepada Allah maksudnya adalah takut akan siksaan Allah apabila kita melanggar perintah-perintah-Nya.
Dengan nada meninggi Pak Wahid bertanya, ”Apakah ada yang tahu apa bedanya rasa takut kita kepada makhluk ciptaan Allah dengan takut kepada Allah?”
Peserta upacara terdiam.
Kemudian beliau melanjutkan, ”Jika kita takut kepada makhluk ciptaan Allah, misalnya suatu ketika kita berpapasan dengan harimau atau binatang buas lainnya maka kita pasti akan lari sekencang-kencangnya dan bersembunyi menghindarinya. Tetapi jika kita takut kepada Allah maka kita justeru berusaha menyebut-nyebut asma-Nya, menghamba dan mendekai-Nya, itu perbedaannya.”
Ketika upacara pengibaran bendera telah berakhir semua anak diminta duduk. Bu Suziana sebagai wakasek kesiswaan memanggil Pak Uus Rusliana, Pak Wahyu, Pak Abdi dan Bu Dessy Susanti. Ketiganya adalah guru yang selama satu semester ganjil tidak pernah terlambat, apalagi absen mengajar. Penghargaan juga diberikan kepada 2 orang murid yaitu ananda Resya dan Aldi. Keduanya mendapatkan penghargaan dari sekolah karena telah mengharumkan nama sekolah dengan keberhasilannya meraih medali emas dan perak pada kompetisi di bidang olah raga karate.
Setelah menerima penghargaan dari kepala sekolah, Pak Uus menyampaikan rasa harunya kemudian berpesan kepada peserta upacara terutama peserta didik.
”Mewakili Pak Wahyu, Pak Abdi dan Bu Dessy saya mengucapkan terimakasih atas penghargaan ini. Dalam kesempatan ini saya berpesan kepada anak-anak agar jangan pernah terlambat apalagi tidak masuk sekolah dengan berbagai alasan yang dibuat-buat. Kalian masih remaja, masa depan kalian masih jauh, langkah kalian masih panjang untuk meraih cita-cita, meraih impian. Kebiasaan baik saat ini akan menjadi karaktermu di kemudian hari. Begitu sebaliknya. Resya dan Aldi patut kalian contoh atas kegigihan dan keberhasilannya meraih medali emas dan perak. Jika Resya dan Aldi bisa sesukses itu mengapa kalian tidak?”
Upacara bendera berakhir, peserta didik masuk ke kelas masing-masing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H