"Selamat ya Pak Wahid, selamat ya anak-anak. Terimakasih kalian sudah bertugas dengan baik." Kata beberapa guru hampir bersamaan.
"Ayo anak-anak kita foto bersama." Ajak Pak Wahid.
"Pak Wid jangan lupa buat artikel dan kirim ke Kompasiana ya." Pinta kepala sekolah
"Hehehe, siap boss, eh Bu."
”Semoga bibit-bibit akan terus bermunculan dan itu tantangan bagi kita sebagai pendidik untuk melatih dan membimbingnya agar bakat mereka tidak sia-sia. Berikan panggung kepada semua anak didik yang memiliki bakat. Gali dan kembangkan semua anak didik yang belum tampak minat dan bakatnya.” Sambung kepala sekolah
Dalam amanatnya pembina upacara menyampaikan tentang pentingnya akhlak. Menurut beliau pada dasarnya akhlak terbagi menjadi 2 bagian, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak terpuji disebut akhlak mahmudah sedangkan ahlak tercela disebut juga akhlak mazmumah. Contoh akhlak terpuji kepada Allah adalah dengan menjalankan perintahnya dan meninggalkan larangannya.
Allah telah menciptakan manusia dengan hati nurani, tubuh yang kuat berikut panca indera yang lengkap berbeda dengan mahluk hidup lainnya. Di dalam surah An Nahl ayat 78, Allah berfirman yang artinya, ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui seuatu pun, dan Dia memberi pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.”
Lantas bagaimanakah akhlak kita kepada Allah sebaiknya? Bersikap ikhlas, bersabar, bersyukur, bertawakal, bertaubat, dan takut akan siksaannya.
Ikhlas artinya suci, jernih tidak tercampur dengan yang lain. Beribadah kepada Allah hendaknya dengan sikap ikhlas. Bersabar artinya dapat menahan diri dari berbagai ujian dan kesulitan dalam mengarungi kehidupan. Bersyukur maksudnya adalah memanfaatkan sebaik-baiknya semua yang telah Allah anugerahkan kepada kita. Bertawakal artinya senantiasa berusaha semaksimal mungkin seraya berdoa kemudian berserah diri hanya kepada Allah. Berataubat maksudnya adalah menyesali perbuatan buruk yang pernah kita lakukan dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Takut kepada Allah maksudnya adalah takut akan siksaan Allah apabila kita melanggar perintah-perintah-Nya.
Dengan nada meninggi Pak Wahid bertanya, ”Apakah ada yang tahu apa bedanya rasa takut kita kepada makhluk ciptaan Allah dengan takut kepada Allah?”
Peserta upacara terdiam.