Pada kelompok motif kognitif yang berorientasi pada pmeliharaan keseimbangan, McGuire menyebut empat teori:
Teori konsistensi memandang manusia sebagai makhluk yang dihadapkan pada berbagai konflik. Konflik itu mungkin terjadi diantara beberapa kepercayaan yang dimiliknya (seperti antara "merokok itu merusak kesehatan" dan merokok itu membantu proses berfikir"). Dalam hubungan ini, komunikasi massa mempunyai potensi untuk menyampaikan informasi yang menggoncangan kestabilan psikologi individu. Akan tetapi, pada saat yang sama, karena individu mempunyai kebebasan untuk memilih isi media, media massa memberikan banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan akan konsistensi. Media masa juga menyajikan berbagai rasionalisasi, justifikasi atau pemecahan persoalan yang efektif.
Teori atribusi. Memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinnya. Komunikasi massa memberikan falidasi atau pembenaran pada teori kita dengan penyajian realita yang disimplifikasikan, dan didasarkan strereotrip. Misalna orang-rang lesbian atau homoseks yakin perilkunnya bukanlah penyimpang karna membaca buku dan majalah yang mendukungnya.
Teori kategorisasi. Memandang manusia selalu mengelompokkan pengalamannya dalam kategorisasi yang sudah dipersiapkannya. Manusia memperoleh kepuasan apa bila sanggup memasukkan pengalaman dalam kategori-kategori yang sudah dimilikinnya, dan menjadi kecewa bila pengalaman itu tidak cocok dengan prakonsepsinnya. Pandangan ini menunjukkan bahwa isi-isi komunikasi massa, yang disususun berdasarkan alur-alur cerita yang tertentu, dengan mudah diasimilasikan pada kategori yang ada. Bermacam-macam upacara, pokok dan tokoh, dan kejadian-kejadian biasannya ditampilkan dengan sesuai dengan kategori yang sudah diterima. Ilmuan yang berhasil karna kesungguhannya, pengusaha yang sukses karna bekerja keras.
Teori objektifikasi memandang manusia sebagai makhluk yang pasif,yang tidak berpikir, yang selalu mengandalkan petunjuk-petunjuk eksternal untuk merumuskan konsep-konsep tertentu. Teori ini menyatakan bahwa kita mengambil kesimpulan tentang diri kita dari perilaku yang tampak. Teori ini menunjukkan bahwa terpaan isi media dapat memberikan petunjuk kepada individu untuk menafsirkan atau mengidentifikasi kondisi perasaan yang tidak jelas, untuk mengatribusikan perasaan-perasaan negatif pada faktor-faktor eksternal, atau memerikan kriteria pembanding yang ekstrim untuk perilakunnya yang kurang baik. Misalnya seorang pegawai yang merasa tidak begitu bersalah ketika ia, menyelewengkan uang kantor setelah mengetahui peristiwa korupsi besar-besaran yang dilakukan orang lain.
Teori otonomi. Memandang manusia sebagai makhluk yang berusaha mengaktualisasikan dirinnya sendiri mencapai idenitas kepribadian yang otonom. Kemudian media massa tampaknya sedikit sekali memuaskan kebutuhan humanistik ini. Acara televisi atau surat kabar tidak banyak membantu khalayak untuk menjadi orang yang mampu untuk mengendalikan nasibnya.
Teori stimulasi Memandang manusia sebagai mahluk yang lapar stimuli, yang senantiasa mencari pengalaman yang baru, dan selalu berusaha memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya.  Komunikasi massa selalu menyajikan hal-hal baru yang aneh, yang spektakuler, yang menjangkau pengalaman-pengalaman yang tidak terdapat pada pengalaman individu sehari-hari. Media massa menyajikan pengalaman buatan (vicarious experience).
Teori teleologis memandang manusia sebagai makhlukyang berusaha mencocokan presepsinyaa tentang situasi sekarang dengan representasi internal dari kondisi yang dihendaki. Teori ini menggunakan computer sebagai analogi otak. Dalam kerangka teori ini media massa merupakan sumber pemuasan kebutuhan yang subur. Isi media massa sering memperkokoh moralitas konfensional dan menunjukan bahwa orang yang berpegang teguh kepadanya memperoleh ganjaran dalam hidupnya. Selain itu cerita cerita mengisahkan tokoh tokoh yang menyimpang, tetapi kemudian berhasil dalam hidupnya memberikan konfirmasi pada orang orang yang sekarang berprilaku tidak konfensional.
Teori utilitarian Memandang individu sebagai orang yang memperlakukan setiap situasi sebagai peluang untuk memperoleh informasi yang berguna untuk keterampilan baru yang diperlukan untuk menghadapi tantangan hidup. Komunikasi massa dapat memberikan informasi, pegetahuan dan keterampilan seperti -- walaupun tidak sama- apa yang dapat diberikan oleh lembaga pendidikaan. Berbaagai penelitian membuktikan bahwa banyak orang yang memperoleh informasi dari media massa. Ibu-ibu rumah tangga mungkin memperoleh keterampilan memasak dari resep-resep yang terdapat dalam majalah wanita.
b. Motif Afektif dan Gratifikasi Media
Teori reduksi tegangan memandang manusia sebagai system tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan tegangan. Tegangan emosional karna marah dapat berkurang setelah kita mengungkapkan kemarahan itu. Menurut teori ini, komunikasi massa menyalurkan kecenderungan destruktif manusia dengan menyajikan peristiwa atau adegan kekerasan. Teori ini mengatakan, seorang penjahat mungkin tidak jadi melepaskan dendamnya kepada orang lain setelah puas menyaksikan pembunuhan besar-besaran dalam film yang ditontonnya.