Komunikasi massa dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarkat. Atau bahasa sederhananya seperti ini, Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan oleh media massa pada sejumlah besar orang yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KHALAYAK PADA KOMUNIKAS MASSA
 Model jarum Hipodermis menunjukkan kekuatan media massa yang perkasa untuk mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak. Dalam kerangka behaviorisme, media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial). Khalayak sendiri dianggap kepala kosong yang siap untuk menampung seluruh pesan komunikasi yang dijatuhkan kepadanya. Pesan komunikasi dianggap sebagai "benda" yang dilihat sama baik oleh komunikator maupun komunikan. "Model Peluru" mengasumsikan semua orang memberikan reaksi yang sama terhadap pesan. Ini mirip dengan percobaan-percobaan kaum behavioris. Bila setiap saat sesudah anda mendengar suara Ariel, anda menerima makanan yang enak, lama-kelamaan suara Ariel akan menitikkan air liur anda, tidak peduli apakah anda seorang tukang becak, sarjana, gubernur atau seekor babi hutan.
 Realitas tidaklah sesedarhana dunia kaum Behavioris. Efek lingkungan berlainan pada orang yang berbeda. Munculnya psikologi kognitif yang memandang manusia sebagai organisme yang aktif mengorganisasikan stimulus, perkembangan teori kepribadian, dan meluasnya penelitan sikap mengubah potret khalayak. Khalayak terdiri dari individu-individu yang menuntut sesuatu dari komunikasi yang menerpa mereka. Dengan kata lain, mereka harus memperoleh sesuatu dari manipulator jika manipulator itu ingin memperoleh dari sesuatu dari mereka. Terjadilah tawar-menawar. Khalayak dapat membuat proses tawar-menawar yang berat.
 Untuk mengetahui sejauh mana khalayak dapat terpengaruh oleh media, serta factor-faktor apa yang dapat mempengaruhi reaksi khalayak, kita akan bahas sesaat lagi. Banyak argumentasi yang mengupas berbagai perbedaan pandangan terkait reaksi khalayak terhadap media massa. Misalnya saja model hypodermis yang menunjukan kekuatan media massa dalam mengarahkan dan membentuk perilaku khalayak. Tetapi muncul juga pendapat lain yang berbeda, dimana tertuang dalam model uses and gratification. Model ini memandang bahwa media memang berpengaruh, tetapi pengaruh ini disaring diseleksi, bahkan mungkin ditolak sesuai dengan factor-faktor personal yang memengaruhi reaksi mereka. Untuk melihat perbedaannya, berikut penjelasannya: DeFleur dan Ball Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoretis:
Perspektif perbedaan individual. Memandang manusia sebagai makluk individual yang memiliki kepribadian tidak sama dengan individu yang lain. Setiap pola pikir, pola merasa, dan pola perilakunya sangat khas. Setiap orang mempunyai potensi biologis, pengalaman belajar, dan lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan pengaruh media massa yang berbeda pula.
Perspektif kategori sosial. Memandang dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial, yang reaksinya pada stimulus tertentu cenderung sama. Golongan sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, tempat tinggal, dan keyakinan agama menampilkan kategori respons. Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respons kepadanya dengan cara yang hampir sama pula. Anak-anak akan membaca Ananda, Sahabat atau Bobo. Ibu-ibu akan membaca Femina, Kartini atau Sarinah.
Perspektif hubungan social. menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam memengaruhi reaksi orang terhadap media massa.Perspektif ini tampak pada model 'two step flow of communication'. Dalam model ini, informasi bergerak melewati dua tahap. Pertama, informasi bergerak pada sekelompok individu yang relatif lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Kedua, informasi bergerak dari orang-orang itu disebut "opinion leader" dan kemudian melalui saluran-saluran interpersonal disampaikan kepada individu yang bergantung kepada mereka dalam hal informasi. Mereka yang terakhir ini disebut mass audience.
Pendekatan Motivasi dan Uses and Gratification
Esensi teori ini menjelaskan bahwa khalayak, pendengar dan pembaca memilih dan menggunakan opsi berbagai media dan program untuk kepuasan mereka. Asumsi dasar dari teori ini yaitu (a). Khalayak dianggap aktif, (b). Dalam proses komunikasi, inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak, (c). Media massa  harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhan khalayak, (d). Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, (e). Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum terlebih dahulu meneliti orientasi khalayak.
a. Motif kognitif dan gratifikasi media