Mohon tunggu...
Abrurizal Wicaksono
Abrurizal Wicaksono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bebas

Suka olahraga lari, jalan kaki atau sepeda deket - deket aja..

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Career Break Itu Bukan Hal Tabu

1 Oktober 2024   01:59 Diperbarui: 2 Oktober 2024   18:59 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Terkadang, perlu untuk memilih menjalani career break (Freepik via kompas.com)

Pasca layoff dari kantor lama, saya kembali menekuni dunia tulis menulis terutama menulis artikel maupun sebagai content writer. 

Ada beberapa teman lama yang juga mulai menanyakan apakah bisa kembali bekerjasama secara profesional seperti beberapa waktu yang lalu.

Namun untuk saat ini saya belum bisa mengiyakan karena saya sendiri masih sangsi dengan kemampuan saya ini. Terlebih dalam beberapa tahun ini saya kurang sekali riset mengenai trend dunia tulis menulis ini.

Nah, kembali ke pembahasan career break ini dan juga pengalaman pasca layoff ternyata saya semakin kesini semakin kurang update. 

Linkedin ternyata memberikan fitur berupa "career break" untuk menjelaskan ada jeda waktu kita ketika sedang masa-masa pencarian kerja ini dan tak sedikit pula beberapa teman di circle saya menuliskan pada pengalaman kerjanya. 

Namun dari sekian banyaknya hal tersebut ada juga yang enggan menuliskan career break pada kolom pengalaman kerja tersebut.

Mengapa bisa begitu?

Kembali saya menduga - duga, apakah career break dalam suatu karir adalah hal yang tabu di Indonesia ini? Dengan makin kompetitifnya persaingan kerja terutama di tengah ketidakpastian ekonomi ini maka dengan menulis career break = tidak produktif atau bentuk dari kegagalan dalam berkarir. 

Saya harap dugaan saya ini salah mengingat Linkedin juga memberikan penjelasan mengapa kita memilih opsi career break tersebut. 

Meski memang ketika saya menulis career break karena layoff itu memang benar apa adanya, namun di satu sisi saya juga tidak munafik bahwa ada kekhawatiran HRD akan memandang sebelah mata terkait keadaan saya saat ini.

Kenapa saya sampai khawatir begini mungkin juga beralasan sekali dan itu cukup membekas dalam ingatan saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun