Pasca layoff dari kantor lama, saya kembali menekuni dunia tulis menulis terutama menulis artikel maupun sebagai content writer.Â
Ada beberapa teman lama yang juga mulai menanyakan apakah bisa kembali bekerjasama secara profesional seperti beberapa waktu yang lalu.
Namun untuk saat ini saya belum bisa mengiyakan karena saya sendiri masih sangsi dengan kemampuan saya ini. Terlebih dalam beberapa tahun ini saya kurang sekali riset mengenai trend dunia tulis menulis ini.
Nah, kembali ke pembahasan career break ini dan juga pengalaman pasca layoff ternyata saya semakin kesini semakin kurang update.Â
Linkedin ternyata memberikan fitur berupa "career break" untuk menjelaskan ada jeda waktu kita ketika sedang masa-masa pencarian kerja ini dan tak sedikit pula beberapa teman di circle saya menuliskan pada pengalaman kerjanya.Â
Namun dari sekian banyaknya hal tersebut ada juga yang enggan menuliskan career break pada kolom pengalaman kerja tersebut.
Mengapa bisa begitu?
Kembali saya menduga - duga, apakah career break dalam suatu karir adalah hal yang tabu di Indonesia ini? Dengan makin kompetitifnya persaingan kerja terutama di tengah ketidakpastian ekonomi ini maka dengan menulis career break = tidak produktif atau bentuk dari kegagalan dalam berkarir.Â
Saya harap dugaan saya ini salah mengingat Linkedin juga memberikan penjelasan mengapa kita memilih opsi career break tersebut.Â
Meski memang ketika saya menulis career break karena layoff itu memang benar apa adanya, namun di satu sisi saya juga tidak munafik bahwa ada kekhawatiran HRD akan memandang sebelah mata terkait keadaan saya saat ini.
Kenapa saya sampai khawatir begini mungkin juga beralasan sekali dan itu cukup membekas dalam ingatan saya.Â