Mohon tunggu...
Wiatmo Nugroho
Wiatmo Nugroho Mohon Tunggu... -

hamemayu hayuning Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pohon Beringin Roboh Itu Bukan Hoaks

29 Agustus 2018   11:08 Diperbarui: 3 September 2018   11:54 2707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal ceritaku sangat urut. Diawali dengan hujan yang tak berhenti dari sore hari, dan angin memang besar sekali sore harinya. Ketika hujan sudah reda, waktu memang sudah terlalu malam. Tetapi aku keluar malam dengan maksud mencari kopi di warung angkringan Suwondo. 

Dari warung angkringan Suwondo, aku memutar jalan ke arah pulang, tak dinyana aku bisa mendapati beringin yang tiba-tiba roboh.

Bahkan aku sempat terkejut karena baru saja melewatinya. Sehingga aku harus berbalik dan menyaksikan beringin itu tergeletak dan menyisakan sebagian kecil dari pohonnya yang semula besar. Sayang sekali aku tak sempat memotretnya.

Aku segera berbalik kembali ke tempat Suwondo dan mengajaknya melihat. Namun karena hari sudah lewat tengah malam, ia tak mau.

Ditambah pula ia mulai bersiap-siap tutup. Hingga akhirnya aku mengambil teleponku supaya aku bisa mengambil photo. Dan aku merasa lega setelah mendapatkan photo itu. Setidaknya aku bisa menampilkan gambar itu di ceritaku.

Menjelang subuh baru aku selesai dengan beringin roboh itu, dan sempat beristirahat sebentar sebelum mengantarkan istriku.

Rupanya photo itu tak cukup. Beringin roboh adalah beringin roboh. Titik. Habis cerita. Cerita itu cukup untuk mengantar minum kopi bersama teman-teman di warung pangkalan angkot. Dan mereka memang membumbui dengan pendapat mereka sendiri. 

Pohon itu sudah tua, dan demi keamanan memang sudah sepantasnya jika pohon itu roboh. Pak tetua juga beruntung rumahnya aman dari bahaya kerobohan. 

Mekipun pendapat itu melenceng, karena pohon itu sedikit jauh dari rumah tetua. Bahkan ada yang mengatakan pak tetua memang sudah mempersiapkan untuk memotong pohon itu, dia sudah mencari orang yang biasa memotong pohon, katanya.

Tetapi kata orang, belum sempat bertemu. Dan banyak lagi cerita yang muncul. Ini yang aku tangkap di warung pangakalan: satu lidah, mempunyai satu cerita.  

Dan ketika hari sore aku memphoto pohon itu sudah dibersihkan. Bersih, tinggal menyisakan bonggol batang cokelat tua sejengkal di atas tanah. Batang-batang, cabang-cabang, ranting-ranting dan daun-daunnya sudah bersih tak bersisa. Pohon yang besar juga sudah tak ada. Bahkan debu-debu pohon bekas gergaji saja sudah tak bersisa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun