"Dok, apa sih rahasianya kenapa anak saya selalu ingin les dengan Ms. Fika? Apa karena selalu main apa itu dok? Scrablle? Atau karena hal yang lain?" tanya seorang rekan kerja saya di Rumah Sakit yang anaknya adalah murid Istri saya.
"Ada apa rupanya, kak? Kurang baik ya hasil pembelajarannya?" jawab saya dengan kembali bertanya. Maklum, sebagai suami saya terkadang khawatir bahwa materi Bahasa Inggris yang diajarkan oleh Istri kurang mampu ditangkap oleh siswanya.
"Bukan, dok. Tapi, semangat kali dia setiap mau les. Dokter bayangkan, saya sudah bilang kalau kemarin tidak les dulu karena besoknya itu mereka ujian Tahfizh di sekolah. Anak saya belum hafal 30 ayat yang mau diujikan. Bisa dokter bayangkan, biasa dia harus semalaman menghafal ayat, karena mau les Bahasa Inggris dengan Ms. Fika 1 jam dia hafal." terangnya.
"Penasaran saya dok? Bagaimana proses belajarnya?" tambahnya
"Boleh kok kak. Sesekali datang ke rumah nungguin orang itu les sekaligus melihat prosesnya." Jawab saya.
Percakapan di atas membuat pikiran saya menerawang. Apa ya jawaban yang paling tepat untuk pertanyaan wali siswa seperti di atas? Sebab pertanyaan mirip seperti itu bukan kali pertama ditanyakan oleh wali siswa.
Akhirnya saya menyadari dan sangat bersyukur. Alhamdullilah dan Masyaallah, Istri saya adalah tipe guru yang disenangi banyak murid.Â
Dia memang sering berbagi cerita kepada saya terkait dengan tingkah siswanya. Mulai dari cerita anak yang paling pendiam hingga yang paling tidak bisa diam di kelas. Hingga beberapa kondisi yang menurut saya mungkin termasuk ke dalam gangguan belajar.
Pada akhirnya, saya pun harus mengambil kursus psikologi edukasi. Berusaha untuk memberikan solusi terhadap pertanyaan-pertanyaan dari Istri.Â
Semakin banyak belajar, semakin banyak kami berdua memahami bahwa banyak siswa dan siswi yang mungkin mengalami gangguan belajar bahkan mungkin hingga kondisi Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Satu hal yang kami pelajari setelah sering mendiskusikan siswa-siswa di sekolah bahwa masalah apa pun yang mereka alami. Pendekatan dengan hati adalah yang paling efektif untuk penyelesaian masalahnya.
Dalam dunia pendidikan, peran seorang guru tidak hanya sebatas menyampaikan informasi, tetapi juga melibatkan hati. Seringkali, guru dianggap sebagai pilar utama dalam membentuk karakter dan mental siswa.Â
Pendekatan dengan hati bukan sekadar metode pengajaran, tetapi sebuah seni dalam merangkul potensi dan keunikan setiap siswa. Ketika seorang guru melibatkan hatinya dalam mengajar, ia bukan hanya menyampaikan fakta dan teori, tetapi juga menyentuh sisi emosional dan psikologis siswa.
Pendekatan ini menciptakan ikatan antara guru dan siswa, membangun kepercayaan, dan menciptakan lingkungan belajar yang positif.Â
Sebuah kelas yang dipimpin oleh guru dengan hati dapat menjadi tempat di mana siswa merasa diterima, dihargai, dan termotivasi untuk belajar. Dalam konteks psikologi pendidikan, ini menciptakan dasar yang kokoh untuk pembelajaran yang efektif.
Bila di kelas-kelas lain pelajaran hanya akan tampak monoton. Kurang banyak perkembangannya. Tidak percaya, coba bayangkan bentuk mobil 100 tahun yang lalu dengan saat ini.Â
Jauh berbeda bukan. Bagaimana dengan bentuk kelas di sekolah-sekolah 100 tahun yang lalu dengan masa kini. Sangat tidak berbeda. Masih banyak sekolah yang tetap menggunakan papan tulis di kelas sebagai sarana utama menyampaikan pembelajaran.
Salah satu alasan utama mengapa inovasi di pendidikan lambat adalah sifat tradisional dan kompleksitas sistem pendidikan itu sendiri.Â
Banyak institusi pendidikan memiliki struktur yang mapan dan prosedur yang telah ada selama bertahun-tahun. Perubahan dalam hal ini sering kali dianggap sebagai tantangan besar karena melibatkan penyesuaian terhadap norma-norma yang telah lama ada.
Selain itu, faktor birokrasi, kebijakan, dan kurikulum yang sulit diubah menjadi hambatan tambahan. Proses pengambilan keputusan yang panjang dan struktur hierarki yang kompleks sering membuat sulit untuk memulai dan mengimplementasikan inovasi dengan cepat.
Namun, bila guru melibatkan hati dalam memberikan pembelajaran. Itu semua bukan menjadi halangan. Indonesia sendiri telah menerapkan konsep Inovasi Pendidikan.Â
Merdeka Belajar merupakan sebuah inisiatif penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Namun, keberhasilan Merdeka Belajar tidak hanya ditentukan oleh aspek teknis, tetapi juga oleh pendekatan hati yang diterapkan oleh guru.
Merdeka Belajar menghadirkan konsep pembelajaran yang lebih mandiri, kreatif, dan relevan dengan kebutuhan siswa.Â
Di tengah perubahan paradigma ini, peran seorang guru menjadi semakin krusial. Guru tidak hanya sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai pembimbing dan motivator bagi siswa.
Dalam konteks Merdeka Belajar, pendekatan dengan hati oleh guru menjadi kunci utama. Guru harus dapat merangkul setiap keunikan siswa, memahami kebutuhan mereka, dan memotivasi mereka untuk belajar secara mandiri.Â
Pendekatan ini menciptakan ikatan emosional yang kuat antara guru dan siswa, mendorong semangat untuk terus belajar.
Jadi, pembelajaran tidak lagi mononton siswa mencatat atau melihat materi di papan tulis. Ms. Fika (istri penulis) melampai papan tulis dengan menggunakan media video conference.Â
Aplikasi Whatsapp, Facebook Messenger, Zoom, Microsoft Teams, hingga Google Meet adalah sarana pembelajaran Bahasa Inggris yang efektif.
Ms. Fika menghubungkan siswa di kelasnya dengan lebih dari 20 negara untuk mempelajari Bahasa Inggris bersama.Â
Jangan berpikir bahwa mereka mempelajari Bahasa Inggris dengan pola pembelajaran konvensional seperti menambah kosa kata atau mengenali berbagai bentuk tenses. Tidak sama sekali. Mereka belajar Bahasa Inggris dengan pertukaran informasi, ilmu, dan juga budaya masing-masing negara.
Bayangkan guru sebagai pemandu wisata yang membawa siswa menjelajahi dunia pengetahuan. Dalam perjalanan ini, seorang pemandu wisata yang baik tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga mengenal setiap wisatawan secara personal. Mereka memahami preferensi, minat, dan keinginan masing-masing, menciptakan pengalaman yang unik dan berkesan.
Dalam hal ini, Istri saya juga pernah mengajak murid-muridnya berwisata secara visual sekaligus belajar berbahasa Inggris. Ia bahkan pernah terhubung dengan Ms. Wang, seorang pemandu museum dari Shaanxi Museum Republik Rakyat Tiongkok. Ms. Wang mengajak siswa dan siswi berkeliling museum tersebut secara virtual.
Banyak hal lainnya yang telah dilakukan Ms. Fika di berbagai sekolah dalam hal melampaui papan tulis untuk belajar Bahasa Inggris. Beberapa diantaranya connecting class (lebih dari 20 negara), cultural box exchange, International Collaboration dengan Korea Selatan, Taiwan, Malaysia, Vietnam, Filipina dan Thailand.
Bila menggunakan hati maka banyak metode pembelajaran yang efektif diterapkan kepada siswa. Begitu pula kepada orang tua.Â
Kolaborasi antara guru dan orang tua tidak hanya sebatas menyampaikan informasi tentang perkembangan siswa, tetapi juga melibatkan pembangunan hubungan saling percaya.Â
Pendekatan dengan hati dari pihak guru menciptakan lingkungan yang lebih ramah dan inklusif, di mana orang tua merasa didengar dan dihargai. Ini menciptakan dasar yang kokoh untuk kolaborasi yang efektif.
Guru yang menggunakan pendekatan dengan hati dapat lebih mudah merespons kebutuhan dan kekhawatiran orang tua. Mereka dapat lebih baik memahami dinamika keluarga dan konteks sosial siswa, membantu mereka memberikan dukungan yang sesuai. Hal ini menciptakan kolaborasi yang lebih bermakna dan berkelanjutan.
Dalam perjalanan panjang pendidikan, kita telah menjelajahi bagaimana pendekatan dengan hati oleh guru memiliki dampak yang luar biasa, melampaui sekadar tugas mengajar di depan papan tulis.Â
Guru yang menggenggam hati siswa dan orang tua membuka pintu menuju dunia pembelajaran yang lebih bermakna dan inklusif.Â
Kolaborasi dengan orang tua bukan lagi hanya pertemuan sekolah, tetapi menjadi perjalanan bersama dalam membentuk masa depan cerah anak-anak kita.
Melampaui papan tulis, guru dengan hati akan membantu siswa menjelajahi dunia pengetahuan mereka sendiri, membangkitkan semangat penasaran dan hasrat belajar yang abadi.Â
Pintu kerja sama terbuka lebar, tidak hanya untuk pertukaran informasi, tetapi juga untuk pertukaran budaya dan dukungan terkait pembelajaran.
Sebagai penutup, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Guru Nasional kepada Ms. Fika dan seluruh guru di seluruh Indonesia.Â
Terima kasih atas dedikasi, cinta, dan kerja keras Anda dalam membimbing generasi penerus. Semoga setiap jejak langkah Anda di kelas menjadi benih kebaikan yang akan terus tumbuh dalam setiap siswa.
Hari Guru bukan hanya momen untuk merayakan prestasi, tetapi juga untuk menghargai peran besar yang telah Anda mainkan dalam membentuk masa depan bangsa. Selamat Hari Guru Nasional!Â
Semoga setiap usaha dan perjuangan Anda mendapatkan penghargaan yang setinggi-tingginya. Teruslah mengetuk hati siswa dan orang tua, karena melalui hati, kita menciptakan perubahan yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H